5 Pemain Pengkhianat Barcelona dan Real Madrid

Luis Figo menjadi transfer paling kontroversial dalam sejarah El Clasico yang mempertemukan Barcelona vs Real Madrid.

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 02 Apr 2016, 09:30 WIB
Penyerang Real madrid Karim Benzema saat mempertahankan bola dari gangguan gelandang Barcelona Sergio Busquets pada pertandingan El Clasico di stadion Santiago Bernabeu, Spanyol, (22/11). (Reuters/Paul Hanna)

Liputan6.com, Barcelona - Laga El Clasico memang selalu menyimpan cerita menarik untuk dibahas. Mulai dari tensi pertandingan yang panas hingga perpindahan kontroversial pemain ke masing-masing klub.

Bicara kadar persaingan, El Clasico adalah pertarungan yang paling dinanti pecinta sepakbola di seluruh dunia. Itu karena Barca dan Madrid adalah tim yang selalu diperkuat pemain berlabel bintang.

Saat ini, Barca unggul dalam rekor pertemuan. Dari 263 duel di semua kompetisi, Barca memenangi 109 pertandingan. Berbeda dengan Madrid yang hanya memenangi 96 pertandingan.

Namun, bukan catatan itu saja yang menarik untuk dibahas sebelum El Clasico jilid II Liga Spanyol 2015/2016 di Nou Camp, Minggu (3/4/2016). Liputan6.com coba merangkum perpindahan pemain pengkhinat kedua tim yang menarik untuk disimak.


Luis Figo

Luis Figo (dok. sportsrants)


Dibina di Sporting Lisbon, Figo adalah pemain yang tingkat popularitasnya melesat bersama Barca. Ia direkrut Barca dari Sporting di musim panas 1995 hanya dengan mahar 2,5 juta euro.

Meski dibeli dengan harga murah, Figo mampu berikan servis yang terbaik untuk Barca. Perannya di lini tengah begitu vital. Ia juga mampu mencetak 45 gol dari 249 pertandingan. Bersama Barca, ia juga memenangi 2 gelar Liga Spanyol, 2 Copa del Rey, 1 Piala Super Spanyol, 1 Piala Winners, dan 1 Piala Super Eropa.

Di musim panas 2000, Figo membuat keputusan kontroversial dengan hijrah ke Madrid dengan nilai transfer 60 juta euro. Sejak itu Figo pun langsung dianggap sebagai musuh besar publik Camp Nou. Bahkan, ia sempat mendapat perlakuan tak menyenangkan.

Pada laga El Clasico 21 Oktober 2000, Figo dilempari kepala babi saat hendak mengeksekusi sepak pojok. Bahkan, fans Barca juga membakar poster Figo sambil membentangkan spanduk bertuliskan: spanduk bertuliskan: Judas, Scum, dan Mercenary.


Luis Enrique

Luis Enrique (dok. sokkaa)

Siapa sangka, Luis Enrique adalah sosok yang cukup berpengalaman jika bicara soal El Clasico. Saat masih aktif menjadi pemain, Enrique sempat mengecap pengalaman di Barca dan Madrid. Tak seperti Figo, Enrique lebih dulu berseragam El Real.

Pada musim panas 2001, ia direkrut Madrid dari Sporting Gijon dengan status bebas transfer. Tampil di 213 pertandingan hingga musim 1995/1996, Enrique bantu Madrid memenangi 1 gelar La Liga, 1 Copa del Rey, dan 1 Piala Super Spanyol.

Di luar dugaan, Enrique malah hijrah ke Barca di musim panas 1996. Perkembangannya jauh lebih pesat saat ia berseragam Barca. Mencetak 109 gol dari 300 pertandingan, Enrique menyumbangkan 2 gelar La Liga, 2 Copa del Rey, 1 Piala Super Spanyol, 1 Piala Winners, dan 1 Piala Super Eropa untuk Barca.

Enrique semakin kenyang dengan pengalaman El Clasico setelah menjadi pelatih kepala El Barca sejak musim panas 2014. Total, sudah 3 edisi El Clasico dilakoni Enrique sebagai pelatih. Rapornya adalah 2 kali menang dan 1 kali kalah.


Ronaldo da Lima

Ronaldo Luis Nazario da Lima memperkuat Real Madrid pada tahun 2002-2007. Peraih tiga gelar Pemain Terbaik Dunia ini mempersembahkan gelar La Liga, Piala Interkontinental, dan Piala Super Spanyol. (AFP/Christophe Simon)

Ronaldo Luiz Nazario da lima adalah 1 dari sedikit pemain yang tak dianggap sebagai pengkhianat meski sempat memperkuat Madrid dan Barca. Sebab, ia hanya berkostum El Barca selama 1 musim.

Meski begitu, bisa dibilang musim terbaik Ronaldo sebagai pemain adalah saat ia memperkuat Barca. Itu karena ia mampu mencetak 47 gol dari 49 pertandingan musim 1996/1997. Sayang, Ronaldo hanya mampu mempersembahkan 1 gelar Copa del Rey, 1 Piala Winners, dan 1 Piala Super Spanyol.

Petualangannya bersama Barca berakhir di musim panas 1997 ketika direkrut Inter Milan. Setelah 5 musim memperkuat Inter, bintang Brasil di Piala Dunia 2002 itu kembali ke Spanyol. Tapi, bukan untuk kembali ke Barca, melainkan memperkuat Madrid.

Kinerja bersama Madrid pun terbilang masih fantastis. Mencetak 104 gol dan menciptakan 21 assist dari 177 pertandingan, Ronaldo berkontribusi di balik sukses Madrid menjuarai Liga Spanyol 2002/2003, Piala Interkontinental 2002, dan Piala Super Spanyol 2003.


Bernd Schuster

Bernd Schuster (dok. deportestereo)

Jika bicara soal transfer kontroversial, Schuster adalah rajanya. Ia adalah sosok yang tak segan-segan mengkhianati mantan klubnya demi kepentingan pribadi. Setidaknya, hal itulah yang sudah diperlihatkan Schuster.

Sebelumnya, Schuster adalah sosok yang begitu penting bagi Barca di era 1980-an. Ia memperkuat Barca pada 1980-1988. Tampil di 238 laga, Schuster mencetak 87 gol. Total, Total, 8 gelar masuk lemari trofi Barca selama ada Schuster.

Di musim panas 1988, ia membuat keputusan kontroversial dengan hijrah ke Madrid. Permainannya bersama Madrid pun terbilang masih memukau. Buktinya, 2 gelar Liga Spanyol, 1 Copa del Rey, dan 1 Piala Super Spanyol mampu dipersembahkan Schuster.

Tak cukup sampai di situ, Schuster kembali membuat keputusan kontroversial di musim panas 1990. Itu karena ia hijrah ke Atletico Madrid yang notabene rival sekota Madrid.


Michael Laudrup

Michael Laudrup (dok. Telegraph)

Setelah bersinar bersama Juventus, Laudrup hengkang ke Barca di musim panas 1989. Keputusan Barca merekrut Laudrup terbilang tepat. Sebab, Laudrup mampu membawa Barca ke puncak kesuksesan.

Berposisi sebagai gelandang serang, Laudrup menciptakan Dream Team versi Barca bersama Pep Guardiola, Jose Bakero, Txiki Begiristain. Memainkan 205 pertandingan, Laudrup mengoleksi 52 gol.

Kontribusinya membawa El Barca memenangi 4 gelar Liga Spanyol, 1 Copa del Rey, 2 Piala Super Spanyol, 1 Piala Eropa (sekarang Liga Champions), dan 1 Piala Super Eropa. Anehnya, Laudrup malah memutuskan hengkang ke Madrid setelah berkostum Barca di musim panas 1994.

Alasan kepindahan Laudrup adalah perseteruan yang tercipta dengan Johan Cruyff. Meski hanya menyumbang satu gelar, namun Laudrup pernah mendapat gelar sebagai pemain asing terbaik Real Madrid dari media ternama Spanyol, Marca.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya