Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi melaporkan perkembangan upaya pembebasan 10 WNI, yang diduga ditawan milisi Abu Sayyaf ke Presiden Joko Widodo. Laporan tersebut disampaikan usai kunjungannya ke Filipina.
Meski sudah menyampaikan laporan perkembangan, Retno menyatakan detail terkait hal tersebut tak bisa dia beberkan kepada publik.
Baca Juga
Advertisement
"Mengenai upaya pembebasan 10 ABK (anak buah kapal) kita dan laporan hasil kunjungan saya ke Manila, saya sudah semuanya sampaikan kepada presiden, dan saya mohon maaf untuk detailnya tidak dapat saya sampaikan di depan publik," ucap Menlu Retno di Jakarta, Senin (4/4/2016).
Meski tak bisa membeberkan ke publik, mantan Dubes RI untuk Belanda ini memastikan, keselamatan ke-10 WNI tetap jadi prioritas pihaknya saat ini.
"Satu intinya adalah bahwa kami dari pemerintah, semua secara terkoordinir bekerja terus bersama dengan pemerintah Filipina untuk upaya pembebasan 10 ABK tersebut," jelas Retno.
"Sekali lagi, keselamatan ABK menjadi acuan utama dari semua opsi yang masih terbuka ini," sambung dia.
10 WNI yang bekerja sebagai anak buah kapal itu disandera kelompok teroris Abu Sayyaf saat kapal mereka memasuki perairan Filipina. Ada 2 kapal yang dibajak yakni kapal Brahma 12 dan kapal Anand 12. Keduanya mengangkut batu bara seberat 7.000 ton.
Berdasarkan informasi, Kemlu mengetahui kedua kapal dibajak saat dalam perjalanan dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan. Meski demikian, tidak diketahui persis kapan kapal dibajak.