Lika-liku Perjalanan Apple Selama 40 Tahun

Berhasil capai umur 40 tahun, ternyata Apple berulang kali disebut akan merugi dan bangkrut.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 05 Apr 2016, 10:56 WIB
Ilustrasi: Selain menjadi toko ritel pertama di Asia Tenggara, Apple Store ini juga menjadi toko pertama yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan (sumber : bgr.com)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini Apple diketahui sebagai salah satu perusahaan terkaya di dunia. Dengan total kapitalisasi mencapai US$ 608 miliar, perusahaan yang kini berusia 40 tahun tersebut ternyata memiliki perjalanan tak semulus yang diperkirakan banyak orang.

Sebelum mencapai posisi sekarang ini, beberapa waktu lalu tak sedikit analis yang memperkirakan Apple akan segera merugi dan bangkrut. Bahkan, perusahaan ini pernah berada di titik nadir dengan kemungkinan bangkrut dan ditutup.

WWDC 2012 Apple - Kredit: twitter.com/astern

Namun nyatanya sampai saat ini Apple masih bertahan dan terus menambah pundi-pundi uangnya. Untuk itu, bersamaan dengan 40 tahun Apple di tahun ini, tim Tekno Liputan6.com memberikan informasi mengenai masa suram Apple sebelum menjadi seperti sekarang ini, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa (5/4/2016).

Tahun 1980

Ini adalah fase awal Apple memulai langkah besar dengan go-public pada 1980. Namun, kondisi itu tak mengubah pandangan analis yang menyebut Apple akan merugi.

Ketika itu, publikasi investasi Barron menuturkan IBM akan "mengubur" produk Apple pada 1983. Di sisi lain, Apple pada tahun itu ternyata berhasil menggebrak lewat produk besutannya.

Kendati berhasil melakukan gebrakan, pada 1984 keuntungan Apple ternyata menurun. Lalu pada 1991, Apple disebut tak lagi mampu bertahan di tengah kompetitor lain, seperti Microsoft.


1996-2008

Tahun 1996

Pada tahun ini banyak peneliti memperkirakan penjualan komputer Macintosh turun kira-kira 30 sampai 50 persen dari tahun sebelumnya. Wall Street memprediksi ini akan jadi kejatuhan bagi perusahaan tersebut.

Harga jual Apple I yang dulu hanya 666,66 Dollar AS kini meroket menjadi 633,000 Dollar AS atau Rp 8,4 M.

Setelah kehilangan hampir US$ 1,6 miliar selama dua tahun, analis menganggap Apple harus menjual operasi perangkat lunaknya dan berpindah ke Windows, bersamaan dengan kedatangan CEO baru John Sculley.

Namun, kedatangan Steve Jobs pada 1997 mengubah kondisi tersebut. Kehadiran iPod dan iPhone berhasil menarik perhatian pasar. Bahkan, desain iMac mendapat pujian dari banyak pihak.

Tahun 2008

Setelah sebelumnya terdampak resesi di Amerika serikat, beberapa investor ragu Apple dapat mempertahankan harga tinggi dan eksklusif. Pada 2008, analis Needham Charles Wolf menuturkan produk-produk Apple dipastikan terdampak kondisi resesi ekonomi saat itu.

Pada 2011, Saxo Bank memprediksi saham Apple akan turun 50 persen di 2012. Saxo Bank menilai, Apple akan menemukan banyak kompetitor seperti Google, Amazon, Microsoft/Nokia, serta Samsung dalam hal inovasi produk.

Keluaran Gadget terbaru dari Apple, iPhone SE saat dipajang di kantor pusat Apple di Cupertino, California (21/3). Harga dari iPhone SE mencapai USD 399 atau sekitar Rp 5,2 juta. (REUTERS/Stephen Lam)

Namun, prediksi tersebut ternyata tak seluruhnnya benar. Nilai perdagangan Apple sejak pertama kali telah naik sebesar 554 persen, dengan 1 miliar perangkat aktif, dan 100 ribu karyawan.

Meskipun saat ini masih mendominasi, Apple disebut memiliki celah menuju kehancuran. Mantan pegawai Apple Andy Cunningham menuturkan bahwa saat ini Apple sudah mencapai titik puncaknya.

Oleh sebab itu, sama seperti perusahaan teknologi lain dengan kondisi serupa, tak tertutup kemungkinan Apple juga akan mengalami penurunan.

(Dam/Isk) 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya