Liputan6.com, Rio de Janeiro - Zica Assis tak pernah membayangkan, keputusannya untuk berhenti meluruskan rambut justru mengangkatnya dari jurang kemiskinan. Perempuan yang sebelumnya tinggal di favela atau wilayah kumuh di Rio de Janeiro, Brasil, itu menjelma menjadi pemilik bisnis yang nilainya jutaan dolar.
Tumbuh besar di favela di Rio pada 1970-an, Zica mulai pekerjaan pertamanya sebagai pengasuh bayi. Kala itu usianya baru 9 tahun. Setelah 'dipecat', ia banting setir jadi buruh cuci dan tukang bersih-bersih.
Baca Juga
Advertisement
Di Brasil, di mana 43 persen warganya adalah ras campuran dan 8 persennya memiliki kulit gelap, Zica -- seperti halnya jutaan warga Brasil lainnya memiliki rambut 'afro' ala Afrika yang keriting dan megar.
Saat muda dulu, Zica merasa wajib meluruskan rambutnya jika ia ingin mendapat pekerjaan.
"Rambut afro dianggap awut-awutan dan kotor, jadi aku merasa harus meluruskan rambut untuk mendapat pekerjaan menjadi pengasuh," kata perempuan yang kini berusia 54 tahun itu, seperti dikutip dari BBC, Senin (4/4/2016).
Namun, Zica lama-lama tak betah dengan rambutnya yang selalu kontak dengan bahan-bahan kimia demi terlihat lurus. Ia lebih memilih rambut ikalnya -- yang dianggap sebagai bagian dari identitas diri.
Perempuan itu pun berusaha mencari salon yang bisa membuat rambut ikalnya gampang diatur, juga menemukan produk yang bisa membuat mahkota kepalanya lebih rapi. Namun, semua upaya itu gagal.
Jadi, pada usia 21 tahun, ia masuk ke sekolah penata rambut. Tujuannya, untuk lebih memahami struktur rambutnya sendiri, dan mendapatkan perawatan yang bisa mewujudkan tatanan yang diimpikan.
"Aku menyukai rambutku saat basah, karena lebih mudah diatur dan bentuk ikalnya bagus," kata Zica. "Itu hasil yang kuharapkan dari produkku."
Pitak dan Botak demi Formula Sempurna
Butuh 10 tahun, dengan banyak kekeliruan, hingga ia menemukan formula yang sempurna.
"Saudaraku Rogerio, yang kini menjadi patnerku, dulu menjadi kelinci percobaan. Aku menggunakan rambutnya untuk mengetes produk," kata Zica. "Dalam sebuah kesempatan, kepalanya menjadi botak. Kepalaku juga pernah pitak."
Zica akhirnya meraih sukses saat tetangganya memuji rambutnya dan berkata, "kamu pakai apa?"
"Baru saat itu aku sadar, sukses sudah teraih. Biasanya aku dipuji karena senyumku, sikapku yang ceria...tak pernah untuk rambutku," kata dia.
Pada 1993, Zica meluncurkan produk perawatan rambut, Super Relaxante.
Namun, ia tak hanya menjual botolan, Zica juga memutuskan untuk membuka salon rambut yang diberi nama Beleza Natural -- di mana ia melatih para stafnya untuk merawat konsumen.
Saat ini, Beleza Natural memiliki 33 salon dan 11 kios di seantero Brasil. Dalam sebulan, 130 ribu pelanggan berdatangan. Super Relaxante juga menjadi merk perawatan rambut terkemuka -- yang juga menawarkan sampo, kondisioner, dan gel.
Untuk membantunya meluncurkan bisnis, Zica dibantu 3 orang: saudaranya Rogerio, suaminya Jair Conde, dan temannya Leila Velez.
Tak satu pun dari mereka punya pengalaman memulai sebuah perusahaan. Saudara dan temannya awalnya bekerja di McDonald's, sementara suaminya jadi sopir taksi.
Untuk mendanai usahanya itu, sang suami, Conde harus rela melego mobil Volkswagen Beetle yang dioperasikan sebagai taksi. Padahal, itu satu-satunya harta berharga mereka.
Karena tak ada dana untuk beriklan, mereka menggunakan taktik pemasaran 'gerilya'. Caranya, dengan menempelkan poster buatan sendiri yang melintasi area pemukiman mereka.
Cara itu menarik pelanggan pertama. Kemudian, khasiat produk perawatan tersebut beredar dari mulut ke mulut. Dalam beberapa minggu, para perempuan mengular di muka salon setiap harinya. Bahkan ada yang rela antre 2 jam sebelum rumah perawatan itu buka.
Para stafnya pun dibuat kewalahan. Untuk memenuhi permintaan, mereka bahkan tak jarang harus bekerja hingga tengah malam. Akhirnya, usaha dipindahkan ke tempat yang lebih besar. Dan pada 1995, Beleza Natural membuka toko keduanya.
Pengusaha Perempuan Paling Berpengaruh
10 tahun kemudian, pada 2005, perusahaan milik Zica punya 5 salon. Dan untuk mempertahankan kualitas dan kecepatan layanan, dibentuk sistem mirip perakitan. Masing-masing pekerja di Beleza Natural bertanggung jawab mengerjakan salah satu dari 5 langkah perawatan.
Perusahaan kemudian memperoleh investasi dan saran dari organisasi pendukung kewirausahaan, Endeavor. Dukungan dari perusahaan nirlaba itu membuat Beleza Natural meningkatkan kecepatan ekspansinya.
Investasi lain kembali masuk pada 2013 dari GP Investments yang bebasis di Bermuda.
Kini Beleza Natural punya 4.000 pekerja, kebanyakan adalah perempuan muda dari wilayah kumuh.
Sekitar 90 persen dari para pekerja mendapatkan pekerjaan formal untuk kali pertama di Beleza Natural. Hebatnya, 2 dari 3 pekerjanya adalah mantan pelanggan.
Walter Sabino Junior, pendiri Hi Partners Capital & Work, penyedia dana investasi di Brasil -- yang bertujuan menemukan start up terbaik mengataka, rahasia keberhasilan Zica Assis adalah 'gairah (passion) dan permintaan pasar'.
"Ia bergairah berinvestasi pada area yang tak dilirik siapapun. Juga menawarkan layanan berkualitas. Itu adalah hal penting dalam bisnis," kata dia.
Meski ekonomi Brasil tak stabil, Zica memprediksi bisnisnya akan tumbuh 13 persen tahun ini.
Ia berpendapat, kunci sukses usahanya adalah fakta bahwa 4 pendirinya berasal dari latar belakang penduduk berpendapatan rendah, sama dengan kebanyakan pelanggannya.
"Kami melihat citra diri kami dalam diri para pelanggan, karena kami memiliki asal usul yang sama," kata dia.
"Kami berasal dari golongan berpendapatan rendah dan kami tahu persis apa yang mereka inginkan. Kami memperhatikan masalah yang dihadapi klien -- berjuang menata rambut, memiliki kepercayaan diri yang rendah, masalah-masalah itu bisa mempengaruhi kehidupan personal dan profesional."
Pada 2013, Zica Assis masuk daftar 10 pengusaha perempuan paling berpengaruh di Brasil versi Forbes.
Setelah sukses, Zica mengejar cita-citanya dalam bidang akademis. Ia mendapatkan gelar sarjana bisnis di universitas. Perempuan hebat itu kini menyempatkan diri untuk memberi kuliah tentang kewirausahaan, di Brasil maupun di pelosok dunia lain.