Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politik dari Direktur PolComm Institute Heri Budianto menilai ada pihak yang berusaha mempengaruhi reshuffle atau perombakan kabinet jilid II.
"Saya melihat seperti ada pihak-pihak yang mencoba mempengaruhi dan mendikte Presiden untuk reshuffle,” kata Heri di Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Kelompok-kelompok berkepentingan itu, lanjut dia, terlihat memaksa presiden untuk reshuffle. Hal ini dapat merugikan stabilitas negara dan dapat memperburuk imej Presiden Jokowi yang sudah menunjukkan etos kerja tinggi.
"Ini tidak sehat, karena jika ini terus dilakukan, maka akan merugikan stabilitas pemerintahan khususnya kekompakan kabinet,” ujar dia.
"Bisa jelek penilaian publik terhadap Presiden jika terus diganggu soal reshuffle," tambah Heri.
Dia menambahkan, akan tercipta kesan presiden kurang tegas, bila tekanan akan reshuffle terjadi sesuai keinginan kelompok itu. Ia pun menegaskan pentingnya menghormati hak prerogatif presiden.
Baca Juga
Advertisement
"Sebab seperti kehausan kekuasaan dan hanya berorientasi pada posisi tanpa melihat efek dari situasi ini yakni stabilitas pemerintahan," kata Heri.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pun tak menampik jika Jokowi bersiap mengumumkan reshuffle kabinet.
"Selalu dievaluasi, tinggal hari baik dalam mengumumkan," kata Jusuf Kalla di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa waktu setempat.
JK mengatakan, pengumuman perubahan kabinet itu akan dilakukan bersama dengan Jokowi.
"Yang mengumumkan memang presiden. Namun karena pemerintahan Jokowi-JK, jadi akan diumumkan bersama," lanjut dia.
Politikus senior Golkar itu menegaskan, perombakan kabinet yang akan dilakukan itu dilakukan berdasarkan kinerja para menteri.