Liputan6.com, New York - Wall Street melanjutkan pelemahan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena pelaku pasar sangat berhati-hati dalam bertransaksi. Prospek ekonomi global yang masih belum stabil menjadi alasan investor menahan aksi beli.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (6/4/2016), Dow Jones Industrial Averange (DJIA) turun 134 poin atau 0,8 persen ke 17.603. The S&P 500 turun 1 persen ke 2.045 dan merupakan penurunan terbesar harian dalam empat pekan terakhir. Sedangkan Nasdaq juga melemah 1 persen ke ke 4.843.
Seluruh sektor pembentuk saham di indeks S&P 500 melemah. Sementara itu, aset-aset yang dianggap sebagai tempat berlindung seperti emas, obligasi pemerintah AS dan juga mata uang Yen Jepang naik.
Baca Juga
Advertisement
Indeks S&P 500 telah menguat sekitar 12 persen sejak menyentuh level terendah dalam 2 tahun terakhir pada Februari lalu. Namun, karena investor melihat prospek yang tak begitu bagus maka aksi jual kembali terjadi dan menekan indeks acuan tersebut.
Sentimen yang mendorong aksi jual tersebut adalah realisasi laporan keuangan 2015 dari emiten-emiten dan juga masih rendahnya harga minyak dunia. Beberapa emiten membukukan kinerja di bawah konsensus para analis dan harga minyak terus berada di kisaran US$ 40 per barel.
Investor melihat bahwa kenaikan indeks yang terjadi sejak Februari kemarin sulit untuk terus berlanjut dengan adanya sentimen tersebut. Keyakinan yang selama ini dipegang mulai runtuh karena memang fundamental yang belum kuat.
"Kenaikan indeks selama ini adalah optimisme yang terlalu berlebihan," jelas Managing Director WallachBeth Capital LLC Ilya Feygin.
Direktur dan manajer portofolio Pimco Mike Amey menambahkan, pelaku pasar memang terlihat cukup yakin bahwa perekonomian AS mulai menunjukkan perbaikan namun dengan kondisi global yang belum juga membaik membuat keyakinan tersebut mulai pudar. "Masih ada risiko yang harus dihadapi di luar sana," jelasnya.
Oleh karena itu, tak heran jika beberapa analis memperkirakan laba yang akan dibukukan oleh para emiten pada kuartal I 2016 ini bakal jatuh jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya sehingga akan semakin menekan Wall Street. (Gdn/Nrm)