Dikaitkan ke Panama Papers, PM Islandia Mundur

Di dokumen bocor, Panama Papers, PM Islandia dituduh menyembunyikan aset keluarga bernilai jutaan dolar.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 06 Apr 2016, 08:00 WIB
PM Islandia, Sigmundur David Gunnlaugsson yang dituduh menyembunyikan aset keluarga bernilai jutaan dolar dari data bocor, Panama Papers. (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah namanya disebut-sebut dalam dokumen setebal lebih dari 11 juta halaman, Panama Papers dari firma hukum Panama, Mossack Fonseca, Perdana Menteri (PM) Islandia, Sigmundur Gunnlaugsson, memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya saat ini.  

Dalam bocoran tersebut disebutkan PM Gunnlaugsson dan istrinya disebutkan memiliki perusahaan offshore, Wintris, dan data ini tidak ia ungkapkan ketika menjadi anggota parlemen.

Ia dituduh menyembunyikan aset keluarga bernilai jutaan dolar.

"Saham milikku di perusahaan telah aku jual ke istriku. Aku tak bersalah," tegas PM Islandia seperti dikutip dari BBC, Rabu (6/4/2016).

Gunnlaugsson mengatakan ia tidak melanggar peraturan apa pun dan istrinya sama sekali tak diuntungkan secara finansial.

Ia menjual 50 persen sahamnya kepada sang istri yang sebelumnya memiliki saham 50 persen. Harga 1 lembar saham senilai US$ 1. Penjualan dilakukan 8 bulan sebelum ia masuk ke parlemen.

Perusahaan yang didirikan di yuridiksi suaka pajak (tax haven) digunakan untuk menginvestasi jutaan dolar uang warisan. Demikian menurut dokumen yang ditandatangani istri Gunnlaugsson, Anna Sigurlaug Palsdottir, pada 2015.

Tekanan pada PM Gunnlaugsson untuk berhenti dari jabatannya muncul sejak namanya disebut-sebut dalam dokumen bocor tersebut.  Ribuan orang memprotesnya di luar gedung parlemen di ibu kota Reykjavik pada Senin 4 April 2016.

Sebelumnya pada Selasa 5 April, PM Gunnlaugsson dilaporkan telah meminta Presiden Islandia, Ólafur Ragnar Grímsson untuk membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini.

PM Gunnnlaugsson merupakan salah satu dari beberapa nama petinggi dunia yang tercatat dalam 11,5 juta dokumen hukum dan keuangan yang bocor dan beredar pada Minggu 3 April. Ia disebut-sebut sebagai 'korban besar' pertama dari kasus ini.

Lebih dari 11,5 juta dokumen yang dimiliki oleh perusahaan hukum berbasis di Panama, Mossack Fonseca, bocor ke media Jerman, Suddeutsche Zeitung yang kemudian membagi datanya kepada International Consortioum of Investigate Journalists (ICIJ) dan media Inggris, The Guardian. Mereka menerima 11 juta dokumen dalam bentuk data sebesar 2,6 terabytes atau muat sekitar 600 DVD.

Menurut ICIJ ini adalah data terbesar perusahaan penghindar pajak yang pernah bocor. Sebelumnya, WikiLeaks pernah melakukan hal yang sama pada 2013.

Data dalam dokumen Panama Papers itu mengandung rahasia-rahasia perusahaan offshore yang terkoneksi dengan keluarga serta teman dekat mantan Presiden Mesir Husni Mubarak, mantan Presiden Libya Muammar Khadaffi, serta Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya