Liputan6.com, Pekanbaru - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KemenkumHAM) Riau, Ferdinand Siagian, menyatakan 14 lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan (rutan) di Bumi Lancang Kuning over kapasitas hingga 288 persen. Kondisi itu membuat warga binaan dan petugas kesusahan mencari angin.
"Dengan overkapasitas ini, mau cari angin saja susah karena penuh. Apalagi untuk mengawasi sekian ribu orang dengan petugas yang sangat sedikit," ucap Ferdinand saat bertemu Dirjen Imigrasi RI Irjen Ronny F. Sompie di Kantor Kemenkumham Riau, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, Selasa, 5 April 2016.,
Menurut Ferdinand, lapas dan rutan di Riau sejatinya hanya mampu menampung 3.101 tahanan. Faktanya saat ini ada 8.937 orang penghuni, yang berarti kelebihan sekitar 5 ribu orang.
"Kelebihannya mencapai 288 persen," ucap Ferdinand.
Keadaan itu, tutur Ferdinand, diperburuk dengan kurangnya petugas lapas dan rutan. Akibatnya, kontrol terhadap ribuan warga binaan ini tidak maksimal, sehingga tak jarang narapidana mengotaki peredaran narkoba di luar. Karena itu, ia berharap agar pemerintah memberi perhatian khusus guna memecahkan masalah tersebut.
"Namun, hal ini tetap diupayakan mencegah masuknya narkoba. Koordinasi kita tingkatkan bersama kepolisian dan BNN Riau," kata Ferdinand.
Menanggapi hal itu, Dirjen Imigrasi mengatakan saat ini sedang dibahas tentang penambahan petugas lapas dan rutan di seluruh Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Ada rencana untuk menambah petugas lagi, sekitar 17 ribu orang. Jadi, nanti dapat mencegah adanya kemungkinan termasuk peredaran narkoba," ujar Ronny.
Menurut mantan Kapolda Bali itu, Provinsi Riau adalah daerah empuk jalur peredaran narkoba sekaligus penjualannya. Barang terlarang itu masuk dari segala penjuru, mulai darat, perairan hingga udara.
"Saya akan bahas ini dengan Kepala BNN Riau dan Polda. Bagaimana memaksimalkan pengawasan," kata Ronny.
Ronny menyebutkan sepertiga dari penghuni lapas dan rutan merupakan tahanan kasus narkoba. Hal itu bakal bertambah dengan adanya Operasi Berantas Sindikat Narkoba (Bersinar).
"Sebagai antisipasi, maka akan dilakukan rahabilitasi. Pengguna diarahkan rehabilitasi sehingga dikurangi," ucap dia.
Terkait Riau sebagai pintu masuk narkoba, Ronny menyebut langkah yang paling tepat adalah mencegahnya di perbatasan. Tindakan itu dilakukan di tiga jalur transportasi yakni darat, laut dan udara.
"Kita juga bekerja sama agar narkoba tak masuk ke lapas dan rutan. Komitmennya sudah jelas, banyak pegawai yang dipecat karena terlibat narkoba. Ini masalah nasional dan harus dicegah bersama BNN dan Direktorat Reserse Narkoba," ucap Ronny.
Operasi Narkoba di Manado
Sementara itu, Badan Narkotika Nasional Sulawesi Utara kian gencar memberantas narkoba setelah pekan lalu menangkap anggota DPRD Manado, Cicilia Longdong, di sebuah tempat karaoke. Sebanyak 17 warga yang positif menggunakan narkoba terjaring dalam operasi yang digelar sebulan terakhir ini.
Pada Rabu dinihari (6/4/2016), BNN Sulut menyasar Lapas Manado yang terletak di Kelurahan Tuminting. Dari 600 penghuni lapas, 111 orang di antaranya dites urine.
"Ada tiga orang dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis methamphetamine. Dan juga ditemukan sejumlah handphone di Blok Narkotika," ujar Kepala BNN Sulut Sumirat Dwiyanto.
Sumirat menyebutkan pihaknya akan terus berupaya menekan angka pengguna narkotika di Sulut. "Kami berharap masyarakat membantu ikut memberikan informasi kalau ada yang terlibat narkoba di sekitarnya," Sumirat menegaskan.