Mampu Berhemat US$ 600 Juta, Pertamina Tak PHK Pegawai

PT Pertamina mengoptimalkan integrated supply chain (ISC) sehingga mampu mendorong efisiensi pengadaan minyak.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Apr 2016, 17:25 WIB
Dirut PT Pertamina, Dwi Soetjipto saat menjadi pembicara dalam tayangan Inspirato di Liputan6.com, Jakarta, Selasa (5/4). Dwi membeberkan rahasia suksesnya yaitu bakti pada orang tua dan gemar melakukan kegiatan sosial. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Dwi Soetjipto telah memimpin PT Pertamina (Persero) setahun lebih, cukup banyak prestasi yang ditorehkan.

Mulai dari membubarkan PT Pertamina Energi Trading (Petral) sampai mampu menghemat triliunan rupiah dari sebagai bentuk strategi efisiensi di tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas itu.

Dwi menuturkan , banyak orang memiliki persepsi negatif soal Pertamina. Terutama dengan Pertamina yang disebut-sebut sarang mafia migas.

"Pertamina sarang mafia, tidak efisien, dan lainnya termasuk soal Petral. Ada yang bilang semua rekomendasi Petral tidak betul. Tapi setelah saya masuk, kita benahi," ujar dia saat menjadi pembicara di acara Inspirato di Jakarta, seperti ditulis Rabu (6/4/2016).  

 

Sebagai arek-arek Suroboyo, Dwi menggunakan cara berpikir Bonek atau Bondo Nekat dalam kasus tersebut. Akhirnya baru setahun memimpin Pertamina, Dwi membubarkan Petral atas arahan dari pemerintah.

Dengan pembubaran Petral dan mengoptimalkan Integrated Supply Chain (ISC), Ia menuturkan, efisiensi proses pengadaan minyak mencapai US$ 208 juta atau sekitar lebih dari Rp 2,5 triliun pada 2015.

Pertamina pun melakukan berbagai upaya untuk menekan potensi kehilangan minyak, sehingga menghemat US$ 255 juta.

"Dengan upaya lain, maka efisiensi yang dilakukan Pertamina pada tahun lalu mencapai US$ 608 juta atau hampir sekitar Rp 8 triliun," ujar Dwi.

Efeknya, Dwi mengakui, perusahaan tertolong dengan upaya efisiensi tersebut ketika harga minyak dunia anjlok 60 persen sepanjang 2015.  Perusahaan mampu mempertahankan laba, bahkan dihitung dalam kurs Rupiah, untung Pertamina naik dari Rp 18 triliun menjadi Rp 19 triliun.

"Saat harga minyak gonjang ganjing, banyak perusahaan minyak dunia lay off karyawan, seperti Petronas baru saja mengurangi 1.000 orang lebih, Shell, Chevron, tapi Pertamina bertekad tidak melaksanakan lay off. Bahkan kinerja perusahaan bisa dipertahankan dan ditingkatkan," jelas Dwi.

Penghematan Meningkat

Setelah sukses menghemat US$ 608 juta di tahun pertama, Pria kelahiran Surabaya, 60 tahun silam itu melihat potensi lebih besar efisiensi yang dilakukan dari proses pengadaan minyak melalui sistem ISC yang naik kelas dari 2.0 menjadi 3.0 pada pertengahan tahun depan.

"Transformasi membubarkan Petral, pengadaan minyak pakai ISC 3.0 di pertengahan 2017, peluang efisiensi kita akan meningkat menjadi US$ 651 juta pada tahun depan. Belum lagi efisiensi dari upaya menekan losis minyak, pemanfaatan aset idle, dan lainnya," terang Dwi.

Strategi tersebut, sambungnya sudah disusun Pertamina. Tinggal mengeksekusi dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berintegritas tinggi.

"Kalau sudah ada SDM yang kualitas bagus, integritas tinggi, tidak lagi ada mafia-mafia migas. Saya yakin 5-10 tahun lagi kita bisa mandiri di sektor energi," tutur dia. (Fik/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya