Liputan6.com, Jakarta Melihat perkembangan tren fotografi saat ini bisa dikatakan pesat oleh karena dibarengi dengan kemajuan teknologi saat ini. Peran analog lambat laun mulai tergantikan dengan teknologi digital yang memudahkan bagi siapa saja bisa turut berperan dalam perkembangan dunia fotografi di dunia, khususnya Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Oscar Matuloh, fotografer senior dan Direktur Eksekutif Galeri Foto Jurnalistik Antara mengungkapkan bahwa tren fotografi tak akan pernah berubah. Namun, teknologi perangkat fotografilah yang membawa perubahan-perubahan signifikan, terutama pada aspek kecepatan.
Baca Juga
Advertisement
"Jadi yang dapat kita lihat sekarang teknologi membawa tren kecepatan kepada masyarakat dan berkaitan dengan citizen journalism," ujar Oscar saat ditemui Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta pada Senin (4/4/2016).
Menurut fotografer yang pernah dinobatkan sebagai salah satu dari "30 Fotografer Paling Berpengaruh di Asia" versi Invisible Photographer Asia (IPA) ini aspek kecepatan juga sedikit banyak berpengaruh pada etika fotografi. Dengan semakin maraknya citizen journalism atau jurnalisme warga, aspek kecepatan yang dibutuhkan masyarakat menjadi kebutuhan utama dalam dunia fotografi.
Selain itu, menurut Oscar tak jadi masalah perangkat yang digunakan dalam kaitannya dengan etika fotografi karena kamera merupakan sebuah alat yang bisa diaplikasikan dalam beragam bentuk, seperti drone, dslr, atau smartphone.
"Teknologi hanya berfungi untuk mempermudah proses fotografi tersebut," ujar Oscar.
"Selama gambar yang dihasilkan serupa peristiwa aslinya dan tak merubah makna sebenarnya, etika fotografi masih berlaku walau dengan teknologi apa pun," ujar Oscar.
Prospek di bidang Fotografi
Hadir pula sosok Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI), Lucky Pransika ini telah menekuni bidang fotografi lebih dari sepuluh tahun. Traveling merupakan salah satu hobi yang membawanya pada dunia fotografi.
Berbicara tentang prospek kerja di dunia fotografi, Lucky berujar bahwa bidang tersebut tidak suram seperti yang dibayangkan karena sudah ada sederet anggota PFI juga penerima penghargaan bergengsi dunia.
"Tergantung dari individu masing-masing bagaimana mereka menerjemahkan profesi ini," ujar Lucky.
"Saya pribadi tahun 2004 terjun di dunia fotografi dan sudah sekitar 11 tahun bekerja juga tak memilih bidang lainnya, singkat kata masih bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga," tambah Lucky.
"Pertama kali belajar fotografi dari tahun 1993 dan setelah menemukan jalur fotografi jurnalistik membuat saya semakin jatuh cinta," tambah Lucky.
Membentuk kredibilitas sebagai fotografer
Seorang bisa dikatakan sebagai seorang fotografer bukan hanya karena karya yang dihasilkan saja, tetapi juga membutuhkan konsistensi yang panjang. Oscar menuturkan bahwa untuk menjadi seorang fotografer yang handal dan kredibel dibutuhkan disiplin dan konsistensi untuk waktu yang singkat.
"Salah satu indikator utama seseorang bisa diperhitungkan atau bahkan dikatakan sebagai fotografer adalah konsistensi dalam menjaga eksistensi di dunia fotografi," ujar Oscar
"Bahkan tak hanya itu saja, fotografi, khususnya pelaku foto jurnalistik harus juga memahami nilai berita dan tak membuat rekayasa atau mendramatisir karya," ujar Oscar.
Tak bisa dipungkiri bahwa fotografi memiliki banyak makna dan perspektif yang disebabkan oleh angle, komposisi warna, adegan atau objek, sampai caption-nya. Oscar menambahkan bahwa fotografi, khususnya foto jurnalistik bukanlah produk tanpa makna, tetapi sebaliknya.
"Foto jurnalistik harus menampilkan peristiwa sejujur-jujurnya walau dengan angle yang beragam, mulai dari warna dan dipertegas dengan caption," ujar Oscar.
Lucky menambahkan bahwa Indonesia merupakan laboratorium fotografi yang baik untuk sarana belajar.
"Bagi para pemula di bidang fotografi hal yang dibutuhkan adalah bagaimana mereka mengelola dirinya sendiri dan mendefinisikan sendiri apa itu foto jurnalistik sesuai dengan pemahamannya," ujar Lucky.