Liputan6.com, Jakarta - Hari itu, 8 April 1820, Yorgos Kentrotas menemukan bagian patung perempuan di dalam ceruk yang terkubur di reruntuhan kota kuno Milos atau Milo di Aegean.
Patung tersebut dijuluki 'Venus de Milo' -- yang diambil dari nama lokasi tempatnya ditemukan. Patung tersebut kemudian dibeli seorang pelaut Prancis Marquis de Rivière dan dipersembahkan pada Raja Louis XVIII.
Setahun kemudian, sang penguasa mendonasikan karya Bangsa Yunani Kuno itu ke Museum Louvre, tempat patung tersebut berada hingga kini.
Baca Juga
Advertisement
Seperti dikutip dari situs resmi Museum Louvre, Venus de Milo sontak terkenal. Patung tersebut sejatinya terdiri atas dua blok marmer yang dipahat secara terpisah dan disatukan menggunakan pasak -- teknik yang biasa digunakan pada era Yunani Kuno.
Patung tersebut diduga kuat awalnya menggunakan perhiasan logam, gelang, anting, dan hiasan kepala. Itu diketahui dari lubang-lubang yang ditemukan pada arca tersebut. Sementara, bagian kedua lengannya yang 'termutilasi' tak pernah ditemukan.
Venus de Milo menyimpan banyak misteri. Bagian marmer yang hilang dan ketiadaan atribut membuat proses restorasi dan identifikasi patung sulit dilakukan.
Pertama, soal posisi tubuhnya yang tak lurus. Ada yang menduga, ia awalnya dirancang untuk bersandar di sebuah pilar, bertopang siku di bahu Ares -- dewa perang, atau memegang sesuatu.
Bagian lengan yang hilang juga menimbulkan spekulasi. Ia diduga memegang busur, bejana, apel, mahkota, perisai, atau cermin -- untuk mengagumi dirinya sendiri.
Dewi atau Pekerja Seks Komersial?
Dewi atau Pekerja Seks Komersial?
Siapa sesungguhnya sosok Venus de Milo jadi misteri terbesar. Ada yang menduga, patung itu adalah penggambaran Artemis atau Danaid.
Artemis dalam mitologi Yunani adalah dewi perburuan, alam liar, hewan liar, perawan, dan perbukitan. Sementara, Danaid adalah salah satu dari lima puluh anak perempuan Danaos.
Ada juga yang mengira, patung itu menggambarkan Dewi Laut Amphitrite, yang dihormati oleh penduduk Pulau Milo.
Namun, anggapan yang paling populer adalah, Venus de Milo merepresentasikan Aphrodite atau Dewi Cinta karena tubuhnya yang setengah telanjang, juga lekuk yang feminin dan sensual.
Namun, seorang penulis asal Amerika Serikat punya pendapat yang lain daripada yang lain. Ia mengatakan, patung Venus de Milo mungkin sedang memintal benang.
Elizabeth Wayland Barber, nama penulis tersebut, mengungkapkan pendapatnya dalam bukunya yang terbit pada tahun 1994, Women’s work: The first 20,000 years.
Dan, memintal benang dikaitkan dengan penggambaran populer seorang pekerja seks komersial (PSK) di era Yunani Kuno.
Teori bahwa Venus de Milo dalam pose sedang memintal benang kali pertama muncul tahun 1950-an setelah seorang ahli menjumpai kemiripannya dengan patung pemintal lain, juga dalam lukisan di tembikar.
Sejumlah tembikar kuno menunjukkan, para PSK di masa lalu memintal benang sembari menunggu pelanggan datang.
Barber mengklaim, patung yang kini dipamerkan di Museum Louvre, Prancis dulunya memegang benang pada tangan kirinya. Sementara, tangan kanannya sedang mengatur benang.
Belum lama ini, seorang desainer asal San Francisco, Cosmo Wenman menciptakan model patung tersebut dalam kondisi sedang memintal benang, atas permintaan Virginia Postrel, penulis 'The Power of Glamour: Longing and the Art of Visual Persuasion'.
Desainer sekaligus seniman itu mendasarkan model 3D karyanya itu pada tiruan patung Venus de Milo yang dipamerkan di Skulpturhalle Basel, Swiss. Juga sketsa dari Barber.
"Dari sana, aku mengumpulkan banyak informasi mengenai lukisan tembikar Yunani dan menciptakan kombinasi lengan dan posisi tangan yang cocok dengan anatomi patung Venus yang ada," kata Wenman seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (12/5/2015).
"Menggunakan hasil survei 3D Venus sebagai landasannya, aku memanjangkan tangannya sesuai dengan anatomi -- yang mengarahkan secara alamiah pada pose yang ditampilkan dalam vas."
Tim kemudian mengubah model 3D yang dibuat Wenman dalam patung plastik menggunakan printer 3 dimensi. Alat pemintal dicetak secara terpisah. Bagian-bagian tersebut lalu disatukan.
Dengan membuat replika itu, Wenman mengaku mendapat petunjuk bahwa peralatan pemintal tak dipahat menggunakan marmer seperti bagian lain patung tersebut. Melainkan dari kayu yang dicat warna emas.
Jika alat-alat pintal dalam patung-patung tersebut terbuat dari kayu, itu mungkin menjawab pertanyaan yang diajukan oleh arkeolog Elmer F Suhr, lebih dari 50 tahun yang lalu. Ia mempertanyakan ketiadaan alat pintal di patung-patung klasik lain yang memiliki pose serupa.
Suhr mengidentifikasi sejumlah patung klasik dengan pose memintal, tapi tidak menemukan alatnya.
Namun, klaim tersebut ditolak mentah-mentah sejumlah ahli seni dan sejarawan. Dianggap tak memiliki bukti sahih.
Lantas apa yang benar? Entahlah.
Selain penemuan Venus de Milo, tanggal 8 April juga menjadi momentum sejumlah peristiwa bersejarah.
Pada tahun 1767, Kerajaan Ayutthaya ditaklukkan oleh Burma. Sementara, pada 1994, Kurt Cobain --vokalis grup band Amerika Serikat, Nirvan -- ditemukan tewas di rumahnya di Seattle.
Sementara pada 8 April 2005 menjadi momentum pemakaman Paus Yohanes Paulus II di Vatikan.
Advertisement