Liputan6.com, Jakarta - Menteri Muda Perdagangan Luar Negeri, Pariwisata dan Warga Sipil Prancis di Luar Negeri, Matthias Fekl melakukan kunjungan 2 hari ke Indonesia pada tanggal 6 dan 7 April 2016.
Tujuan utama kedatangannya adalah untuk menghadiri acara kerjasama Indonesia-Prancis di bidang pariwisata yang digelar oleh Kedutaan Besar Prancis dan Institut Français di Jakarta.
“Pertemuan tersebut sangat penting dan tentunya produktif,” kata dia dalam pidatonya di ruang auditorium Institut Français d’Indonésie, Thamrin,Kamis, (7/4/2016).
Matthias kemudian menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi topik utama pembicaraan antara dirinya dan pejabat dari Tanah Air adalah persetujuan antar dua negara untuk bekerja sama di berbagai bidang.
“Kerjasama untuk penanganan perubahan iklim, terorisme, ekonomi dan yang paling penting adalah sektor pariwisata,” kata Matthias.
Selaku Menteri Pariwisata, Matthias mengaku bahwa negaranya kini sedang mengimplementasikan strategi baru untuk menggenjot jumlah turis yang datang ke Prancis. Strategi tersebut dirancang karena adanya target nasional yang perlu dicapai.
Baca Juga
Advertisement
Ia menceritakan bahwa Prancis merupakan pilihan utama para turis dari seluruh dunia untuk berlibur. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah pendatang pada tahun 2015 yang tercatat hampir mencapai 85 juta orang. Untuk tahun 2020, pemerintah Prancis menargetkan jumlah turis 100 juta orang.
“Untuk tahun 2030 nanti, target pun meroket menjadi 1,8 miliar turis dari seluruh dunia. Jadi tidak heran apabila sektor ini menjadi sorotan utama di dalam spektrum pemerintahan,” lanjut Matthias.
Terkait dengan target ambisius tersebut, departemen pariwisata Prancis akan terus meningkatkan kualitas akomodasi turis di negaranya dan juga penambahan kapasitas.
Wakil Kepala Kelembagaan Pengembangan Pariwisata untuk Kementerian Pariwisata Indonesia, Ahman Sya turut hadir dalam perhelatan kerjasama Pariwisata Indonesia-Prancis.
"Kedua pihak sudah sempat menandatangani MoU untuk kerjasama sektor turisme bulan Juli tahun 2011 lalu," kata Ahman.
"Saya berharap dengan kerjasama yang sudah dibina kedua negara bisa saling bantu promosikan kelebihan masing-masing," sambungnya.
Visa Kilat
Selain perbaikan dari segi kualitas dan kapasitas hotel-hotel dan tempat akomodasi lainnya untuk menampung jumlah turis yang diharapkan bertambah nantinya, Menteri Pariwisata Prancis Matthias juga menggunakan kesempatan dalam acara kerjasama turisme dengan Indonesia untuk mengumumkan kebijakan baru terkait visa.
“Kini visa bisa siap dalam waktu singkat yaitu 48 jam,” ungkapnya.
Matthias menjelaskan bahwa semua turis dari berbagai mancanegara di seluruh dunia diberikan kemudahan mendapatkan visa. Untuk Indonesia kebijakan tersebut sudah efektif dilaksanakan.
Terlebih, negaranya bersikeras untuk mengadopsi sejumlah peraturan baru yang bersifat ramah kepada pengunjung.
“Kami akan menyediakan booth informasi di setiap stasiun kereta, bandar udara, dan tempat umum lainnya dengan pilihan beberapa bahasa,” Matthias menambahkan.
Walaupun negara Prancis belum lama ini terkena serangan teror, Matthias mengatakan bahwa turis tidak perlu takut karena penjagaan sudah semakin ketat dan jumlah aparat pun juga bertambah untuk memantau daerah-daerah yang masih dianggap rawan.
“Penjagaan memang semakin ketat, namun hal tersebut tidak akan mempengaruhi keseharian orang-orang lokal. Jadi diharapkan juga para turis tidak tergoyah dengan adanya perubahan,” tutup Matthias.