Liputan6.com, Jakarta - Seorang siswi SMA di Kota Medan, Sumatera Utara membuat geger public di Tanah Air gara-gara ulahnya memarahi seorang Polwan saat dia ditilang. Dengan nada tinggi, siswi yang baru saja selesai mengikuti Ujian Nasional dan masih mengenakan seragam yang dicorat-coret itu, mengancam sambil menunjuk-nunjuk sang Polwan dengan mengaku sebagai anak seorang jenderal.
"Aku tidak main-main, aku tandai Ibu, aku anak Arman Depari," kata siswi SMA Methodist Medan tersebut.
Arman Depari yang dimaksud adalah seorang petinggi kepolisian berpangkat inspektur jenderal (irjen) yang saat ini menjabat Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN).
Baca Juga
Advertisement
Arman Depari merupakan jenderal jebolan Akpol 1985 dan lahir di Berastagi, Karo, Sumatera Utara. Sebelum di BNN, Arman menjabat sebagai Kapolda Kepulauan Riau, dan pernah menjadi Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri.
Terekam Kamera
Aksi siswi bernama Sonya Ekarina br Sembiring Depari itu terekam dalam kamera awak media di Medan yang kemudian beredar luas di masyarakat.
Dalam aksinya, siswi berwajah cantik dengan rambut panjang dan kulit putih itu tidak sendiri. Dia bersama beberapa temannya menumpang mobil Brio bernomor polisi BK 1528 IG, dan disetop oleh Polwan berpangkat inspektur dua yang tengah mengatur lalu lintas Kota Medan, Rabu 6 April 2016.
Sang Polwan, Ipda Perida, berupaya memperingatkan para siswi tersebut karena melanggar lalu lintas. Namun, salah seorang di antara siswi itu tidak terima, dan malah balik memarahi Perida sambil menunjuk-nunjuk dan mengancam sang Polwan.
Usai berdebat, Polwan tersebut tidak menilang Sonya dan kawan-kawannya. Sebaliknya dia mempersilakan para siswa kembali ke mobil dan meminta mereka pulang dan tidak berkonvoi.
Bukan Anak Jenderal
Bukan Anak Jenderal
Dihubungi terpisah, Arman membantah bahwa siswi tersebut anaknya. "Tidak benar, saya tidak punya anak perempuan. Anak saya 3 laki-laki dan semua di Jakarta," kata Arman kepada Liputan6.com via pesan singkat, Kamis 7 April 2016.
Mantan Kapolda Kepulauan Riau ini tampaknya tidak ingin memperpanjang masalah terkait ulah siswi tersebut. "Kita maafkan saja. Anak-anak remaja masih hijau dan sedang euforia," ujar Arman.
Dia menganggap ulah siswi tersebut sebagai bentuk ketidakpahaman. "Dan mungkin mereka pun tidak mengerti apa yang dia lakukan," lanjut Arman.
Meski mendapat maaf dari Arman dan tidak ditilang, bukan berarti kasus ini selesai begitu saja. Polres Kota Besar Medan akan meminta keterangan orangtua Sonya.
"Kita akan panggil orangtua siswi tersebut melalui sekolah," kata Kapolresta Medan, Komisaris Besar Mardiaz Kusin Dwihananto, saat berbincang dengan Liputan6.com. "Kita akan mintai keterangan," lanjut Mardiaz.
Seharusnya, dia menambahkan, orangtua siswi yang memaki dan mengancam Polwan dan mengaku anak jenderal itu dijadwalkan dimintai keterangan hari ini. "Tapi tidak bisa karena alasannya sakit," ujar Mardiaz.
Pemeriksaan pun akhirnya dijadwalkan Jumat 8 April 2016. "Besok kita akan panggil lagi secara resmi," terang Mardiaz.
Terkait tidak adanya penilangan, Mardiaz mengatakan, kegiatan saat peristiwa itu terjadi memang bersifat persuasive. Menurut Mardiaz, tidak hanya para siswi tersebut yang diberhentikan polisi tapi, "di belakang-belakang mereka itu banyak, semuanya kena teguran dan diminta kembali ke rumah dan tidak konvoi," beber Mardiaz.
Belakangan berita duka datang dari pihak Sonya. Dikabarkan, ayah Sonya , Makmur Sembiring Depari, meninggal dunia Kamis 7 April 2016 pagi, akibat menderita stroke.
Dengan adanya berita duka ini, Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan, pihaknya tidak akan memperpanjang kasus Sonya.
"Kita berempati pada keluarga Sonya, karena Ayahandanya Makmur Sembiring Depari meninggal dunia tadi pagi karena stroke. Kami ikut berbelasungkawa," ujar Mardiaz kepada Liputan6.com.
Advertisement