Liputan6.com, Jakarta - Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, minyak Indonesia yang terjual (lifting) telah melebihi target pada Maret 2016. Angka realisasi lifting tersebut mencetak sejarah. Beberapa tahun belakangan ini produksi minyak Indonesia tak pernah mencapai target.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, lifting minyak sampai Maret mencapai 847 ribu barel per hari (bph) sedangkan target dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar 840 ribu bph.
"Rata-rata produksinya dari Januari sampai Maret sebesar 835 barel per hari artinya target sudah mencapai 100,6 persen," kata Wiratmaja, di Jakarta, Jumat (8/4/2016).
Baca Juga
Advertisement
Selain minyak, target lifting gas juga tercapai. Saat ini realisasi lifting gas mencapai 8,2 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEPD), sedangkan tragetnya 7,8 juta BOEPD "Untuk gas bumi target 7,825 BOEPD realisasi rata-rata, sekarang 8,218 jadi 105 persen," tuturWiratmaja.
Tercapainya target lifting tersebut membuktikan bahwa penurunan harga minyak dunia tidak mengganggu kegiatan produksi minyak Indonesia.
"Lifting minyak April 2016 sebesar 841 dan gas 8,100 BOEPD jadi April masih terjaga produksinya meskipun harga turun tapi produksi tetap jalan terus," ungkap Wiratmaja.
Dalam dua tahun terakhir memang harga minyak dunia merosot tajam. Pada pertengahan 2014, harga minyak sempat menyentuh level US$ 110 per barel. Namun di tahun ini rata-rata di angka US$ 40 per barel.
Sedangkan untuk penutupan kemarin, harga minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia turun 41 sen, atau sekitar 1 persen, di US$ 39,43 per barel.
Sedangkan minyak berjangka AS juga turun 49 sen pada level US$ 37,26 per barel setelah sebelumnya di harga yang lebih rendah US$ 36,69 per barel.
Harga jatuh setelah perusahaan intelijen Genscape melaporkan adanya tambahan produksi 255.804 barel di Oklahoma untuk minyak mentah berjangka AS pada Selasa lalu. (Pew/Gdn)