Begini Strategi Mendag Kendalikan Inflasi Tahun Ini

Salah satunya dengan mengantisipasi kenaikan harga jelang Ramadan dan hari raya Idul Fitri.

oleh Septian Deny diperbarui 08 Apr 2016, 21:46 WIB
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga tingkat inflasi sepanjang tahun ini. Salah satunya dengan mengantisipasi kenaikan harga jelang Ramadan dan hari raya Idul Fitri.

Mendag mengatakan, ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menjaga inflasi sesuai target. Pertama, melakukan persiapan jelang bulan puasa dan Lebaran. Sebab pada kedua momen ini biasanya terjadi lonjakan harga barang sehingga berdampak pada kenaikan inflasi.

"Memang ada dua hal. Kita harus persiapan untuk antisipasi. Jadi tiga bulan sebelumnya sudah ada persiapan," ujar dia di Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan harga, lanjut Thomas, pihaknya berkoordinasi dengan kementerian terkait dan pemerintah daerah (pemda). Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga stok bahan pangan untuk kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri.


"Itu sudah kita lakukan. Sekarang juga menjelang bulan puasa dan hari raya lebaran sudah ada persiapan kementerian dan pemda terkait. Sudah menyediakan stok yang cukup," tutur Mendag.

Sedangkan cara kedua dalam rangka mengendalikan inflasi yaitu dengan mendorong pembangunan gudang oleh investor. Gudang ini akan digunakan sebagai tempat menyimpan bahan pangan saat musim panen. Sehingga, tidak semua bahan pangan masuk ke pasar dan merusak harga.

"Kedua, sama juga sektor ekspor di perindustrian kita, kuncinya adalah investasi. Harus investasi misalnya di pergudangan, dryer. Kita harus banyak investasi di sarana-sarana pendukung untuk produktivitas pertanian maupun juga dari petani sampai ke konsumen," lanjut dia.

Sementara untuk menjaga kenaikan inflasi akibat kenaikan bahan kebutuhan pokok seperti beras, pemerintah juga telah memerintahkan Perum Bulog untuk melakukan penyerapan gabah petani. Dengan demikian, Bulog bisa menyimpan gabah tersebut untuk kebutuhan masa paceklik.

"Lalu kita tuntut Bulog tidak hanya beli beras di pasar tapi juga langsung menyerap gabah di petani. Itu berarti kadar air gabah sangat menentukan karena nggak mungkin Bulog beli gabah yang terlalu basah sehingga di gudang jadi busuk dan berasnya jadi hitam. Menurut saya bulog harus investasi di dryer," tegas dia. (Dny/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya