Liputan6.com, Jakarta - Raut kesedihan tampak terlihat di wajah Yunita, warga RT 12 RW 04, Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Sebab, tempat tinggal yang dihuninya sejak lahir, kini terancam rata dengan tanah setelah Pemprov DKI berencana menggusur kawasan itu.
Namun dia bergeming. Bahkan tawaran rumah susun dari Pemprov DKI ditolaknya mesti tahu pada Senin 11 April 2016, alat berat yang sudah ada sejak pekan lalu itu akan meruntuhkan bangunan rumah miliknya.
"Alasannya bertahan ya ini amanah dari orangtua saya. Saya di sini itu sudah dari lahir. Ini tanah kelahiran saya," kata Yunita saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta Utara, Sabtu 9 April 2016 malam.
Baca Juga
Advertisement
Yunita mengaku tak mudah pindah begitu saja dari kampung kelahirannya itu. Terlebih, tempat yang telah dihuni bersama keluarganya tersebut telah dibangun sejak 1961 oleh sang Ayah.
"Orangtua saya ke sini bangun rumah itu sudah dari 1961. Dulu ya, orangtua saya yang ikut memperkenalkan kawasan Museum Bahari ini, dan bangunan rumah saya yang pertama di Aquarium (wilayah di Pasar Ikan). Bapak kasih amanah saya buat jaga," ungkap Yunita.
Sikap serupa juga ditunjukkan Upi, warga RT 12. Dia mengaku akan tetap bertahan hingga pemerintah provinsi berdialog dengan warga. Hingga kini, ia pun belum mendaftarkan diri untuk mendapatkan rusun.
"Bicara dulu lah. Saya belum mau daftar rusun sebelum Pemprov bicara terbuka sama kita. Jangan main gusur," kata dia.
Upi menilai sosialisasi yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta terlalu minim. Pemprov dinilainya belum secara detail membicarakan langkah kelanjutan hajat hidup mereka. "Dikasih rusun Marunda, suami kerja di Pluit. Terus yang biasa dagang di sini itu gimana?" tanya Upi.
Karena itu, dia menilai keputusan Pemprov itu tak memikirkan dampak buruk bagi warga terdampak. Kebijakan itu dianggapnya diambil secara tergesa-gesa.
"Kayaknya pemerintah itu buru-buru aja. Harusnya kan diajak bicara lagi warganya, kapan siap pindah biar kita lebih siap. Ini udah enggak ada lagi dialog, udah sampai SP3," ucap Upi kesal.
Pilih Pulang Kampung
Pemprov DKI Jakarta berencana menggusur kawasan Pasar Ikan di Penjaringan, Jakarta Utara pada Senin 11 April 2016. Sebanyak 893 bangunan di tempat itu bakal rata dengan tanah.
Rinciannya, 347 unit kios, 225 hunian di RT 01, 58 hunian di RT 02, 168 hunian di RT 11, dan 95 hunian di RT 12. Akibat kebijakan itu, sebanyak 4.929 jiwa atau 1.728 kepala keluarga (KK) di RW 04 bakal angkat kaki dari tempat tersebut.
Untuk memuluskan rencana itu, pemerintah kota telah melayangkan surat peringatan pertama dan kedua kepada warga. Surat peringatan terakhir atau SP3 pun disampaikan 2 hari sebelum pembongkaran berlangsung.
"Sudah dikasih SP3 (Surat peringatan ke 3) kemarin, semua sudah terima suratnya, tapi penggusurannya baru besok, Senin (11 April 2016)," ujar Lurah Penjaringan, Suranta kepada Liputan6.com di lokasi, Minggu (10/4/2016).
Mereka yang rela tempatnya digusur, segera mendaftarkan diri di rusun. Bahkan ada juga yang balik kanan menuju kampung halaman.
Menurut Camat Penjaringan Abdul Khalit, hingga Jumat 8 April 2016, sebanyak 151 KK yang mau pindah ke rusun telah difasilitasi. Petugas mengangkut barang-barang mereka ke rusun yang sudah terdaftar.
"Pemindahan barang sudah 25 KK ke rusun Marunda, 76 KK ke rusun Rawa Bebek, dan 54 kios pindah tempat," kata Khalit kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat 8 April 2016.
Namun, kata dia, masih ada ratusan KK yang belum mendaftar untuk memperoleh rusun dan menentukan sikap. Selain itu, pihaknya juga telah membantu 16 KK warga yang memilih pulang kampung.
"16 KK pilih pulang kampung. Kita jemput bola," tambah Khalit.
Tak hanya membantu proses pemindahan tempat tinggal, Khalit mengaku telah mendata anak-anak yang pindah sekolah lantaran rumahnya terdampak revitalisasi Sunda Kelapa. Tercatat ada 257 anak warga Pasar Ikan yang pindah sekolah.
"Daftar pindah sekolah, TK 6 anak, SD 127 anak, SMP 86 anak, SMA 38 anak jadi total 257 anak," tutur Khalit.
Advertisement
Masjid Luar Batang Kian Indah
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyatakan penertiban bertujuan untuk mencegah air rob laut masuk dan membanjir kawasan itu. Penertiban bukan untuk pencitraan Ibu Kota menjelang ASEAN Games 2018.
"Enggak kok (bukan karena ASEAN Games), kebetulan mau bangun sheet pile (dinding turap) nahan rob. Itu ada Waduk Pluit dan Pasar Ikan. Kalau rob pasang tinggi, air laut masuk sejajar. Sekarang kenapa Waduk Pluit aman, kalian lihat nggak saya tinggiin jalan?" tanya Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (31/3/2016).
Menurut Ahok, tujuan utama penertiban kawasan-kawasan liar adalah untuk mencegah banjir. "Pasar Ikan kalau nggak di sheet pile, airnya masuk nggak bisa pompa, tenggelam semua Jakarta," kata dia.
Ahok menegaskan, rumah yang memang dibangun di atas sungai atau laut juga dipastikan akan digusur. Tapi rumah yang ada di dekat Masjid Luar Batang, tidak akan terkena penggusuran.
"Tapi kalau masyarakat yang di Luar Batang dekat masjid, digusur enggak? Enggak dong. Itu kan memang ada sertifikat mereka," jelas Ahok.
Mantan Bupati Belitung Timur itu juga memastikan bahwa Masjid Luar Batang akan tampak semakin indah setelah kawasan pinggir laut itu ditertibkan dan dibuat sheet pile.
"Justru Masjid Luar Batang akan keren. Jadi Masjid Luar Batang kamu masuk dari Sunda Kelapa langsung lihatnya plasa, taman," tutup Ahok.
Tak hanya itu, Pemprov DKI Jakarta juga berencana menjadikan wilayah Pasar Ikan itu menjadi kawasan wisata bahari yang dilengkapi dengan plaza. Kawasan itu nantinya akan saling terhubung dengan beberapa kawasan lain di sekitarnya, di antaranya Luar Batang.
"Kawasan itu pasti akan bagus kalau dijadikan sebagai tempat wisata bahari. Makanya, nanti akan kami buat plaza yang luas. Kalau di situ dibuat tempat wisata, warga juga jadi tahu sejarah Kota Jakarta," ujar Basuki.
Lebih lanjut, dia menuturkan untuk mengubah kawasan tersebut menjadi tempat wisata, tidak diperlukan blue print atau cetak biru, yang penting langsung ditertibkan dan ditata rapi saja.
"Menurut saya, tidak usah pakai blue print segala. Kan hanya tinggal membangun plaza saja. Kemudian, dipasang sheet pile atau dinding turap, diratakan lalu penuhi dengan tanaman hijau," ujar Ahok.
Pasar Ikan yang dulunya dikenal dengan nama Vischmarkt dalam bahasa Belanda, kini akan tinggal cerita. Situs jakarta.go.id, melansir, pasar ini pertama kali dibangun 1631 di sebelah timur Sungai Ciliwung, atau di atas panggung dengan atap.
Pasar tersebut kemudian dipindah ke sebuah dermaga dan hingga sekarang ini. Namun, Pasar Ikan kini tak lagi menjual ikan sepenuhnya. Titik-titik di kawasan itu dipadati oleh warung kelontong.
Persis di pinggir Jalan Pasar Ikan, terdapat kawasan Museum Bahari. Tempat ini dulunya merupakan galangan kapal yang kini beralih fungsi menjadi Museum Bahari.