Kontak Senjata Militer dan Abu Sayyaf, Keluarga Sandera Cemas

Keluarga sandera Abu Sayyaf kian cemas, terus berserah dan berdoa.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 10 Apr 2016, 23:45 WIB
Orang tua sandera Abu Sayyaf berserah dan berdoa.

Liputan6.com, Manado - Informasi tentang adanya baku tembak antara angkatan bersenjata Filipina dan kelompok Abu Sayyaf didengar juga oleh keluarga ABK Brahma 12 yang jadi korban sandera Abu Sayyaf. Hal ini membuat pihak keluarga kian cemas.

“Kami belum tahu apa pertempuran itu ada kaitannya langsung dengan upaya pembebasan 10 WNI yang disandera, tapi berita ini membuat kami kian kuatir,” ujar Vemmy Wowor, istri dari Julian Philip, salah satu ABK Brahma 12 yang disandera sejak 26 Maret 2016 lalu, Minggu (10/4_).

Seperti diberitakan, konflik senjata selama sembilan jam di perbatasan Kota Tipo-Tipo dan Al-Barka di Pulau Basilan melawan pasukan kelompok Abu Sayyaf, Sabtu 9 April 2016.

Menurut Vemmy, yang bisa dilakukan saat ini adalah berserah kepada Tuhan saja. “Saya hanya bisa berdoa saja, supaya langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia dan perusahaan, serta pemerintah Filipina bisa berhasil menyelamatkan 10 ABK termasuk suami saya,” ujar Vemmy yang tinggal di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara sore tadi.

Kondisi yang tak jauh berbeda juga dialami keluarga kapten Kapal Brhama 12, Peter Tonsen Barahama. Kedua orang tua Peter yakni Charlos Barahama dan Sofitje Salemburung menanti dengan penuh kecemasan.

“Setiap berita perkembangan kami ikuti dari media. Termasuk baku tembak antara milite Filipina dan Abu Sayyaf,” ujar Charlos, sore tadi.

Menurut Charlos, dia lebih menginginkan tidak ada kontak senjata dalam upaya pembebasan itu. “Kalau boleh, jalan damai saja. Sehingga tidak ada korban,” ujar Charlos.

Sementara Sofitje mengaku sudah beberapa hari terakhir ini tak lagi memiliki selera makan. “Mau makan bagaimana, kalau pikiran tidak tenang,” ujar Sofitje.

Sejak tenggat waktu pemberian uang jaminan yang ditentukan oleh Abu Sayyaf, Jumat lalu, rumah yang ditempati sementara oleh Charlos dan Sofitje dipadati para kerabat. Mereka berusaha menguatkan pasangan suami istri pensiunan guru itu menghadapi musibah yang dialami.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya