Yang Tersisa di Pasar Ikan, Lumpur Hitam Pekat dan Bau Busuk

Belasan ekskavator yang diterjunkan Pemprov DKI Jakarta mengepung kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 11 Apr 2016, 19:21 WIB
Pihak berwenang dan warga bernegosiasi sebelum dilakukan penggusuran Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta, Senin (11/4). Penertiban sempat diwarnai bentrokan antara petugas dan warga yang menolak penggusuran di kawasan tersebut. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Belasan ekskavator yang diterjunkan Pemprov DKI Jakarta mengepung kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Alat-alat berat itu telah meratakan seantero bangunan di sana.

Setelah rumah-rumah nelayan itu rata dengan tanah, hanya bau busuk menyengat yang tersisa. Baunya menyeruak di antara genangan lumpur hitam pekat.

Pantauan Liputan6.com, Senin (11/4/2016), tumpukan lumpur tersebut tak sedikit. Terlihat menghiasi di seberang Museum Bahari, tepat di depan Jalan Pasar Ikan Nomor 1.

Genangan tersebut diduga berasal dari Kali Pesar yang berada tepat di pintu air Pasar Ikan.

Setiap orang yang tengah berada di sana harus menutup rapat-rapat hidungnya untuk mencegah bau dari lumpur hitam itu merasuki indera penciuman mereka.

"Ini katanya buat aliran kali ke laut. Kan katanya selalu tersumbat, makanya dilakukan pengerukan," ujar seorang petugas Satpol PP yang berada di lokasi.

Banjir Rob

Total terdapat 396 KK di kawasan Pasar Ikan yang terdampak revitalisasi. Jumlah tersebut dibagi ke dalam 3 zona. Zona yang pertama yaitu mencakup wilayah RT 011 RW 04 yang didiami 136 KK. Zona 2 yaitu di RT 01, 012 RW 04 terdapat 202 KK, dan zona 3 yang mencakup RT 02 RW 04 dan RT 07 RW 01 dengan 58 KK.

Dari hasil pendataan ada 596 bangunan rumah, 347 kios PD Pasar Ikan dan 69 kios yang berubah fungsi menjadi tempat tinggal.

Warga penghuni pasar ikan Penjaringan menyelamatkan barang-barang miliknya ke perahu nelayan untuk sementara, Jakarta (11/4). Pemprov DKI membongkar ratusan rumah di Pasar ikan, Aquarium dan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta. (Liputan6.com/Yoppy Renato)


Gubernur DKI Jakarta Ahok menyatakan, penertiban bertujuan untuk mencegah banjir air laut atau rob masuk dan membanjiri kawasan itu.

"Kebetulan mau bangun sheet pile (dinding turap) nahan rob. Itu ada Waduk Pluit dan Pasar Ikan. Kalau rob pasang tinggi, air laut masuk sejajar. Sekarang kenapa Waduk Pluit aman, kalian lihat nggak saya tinggiin jalan?" tanya Ahok di Balai Kota DKI Jakarta pada 31 Maret 2016.

Tak hanya itu, Pemprov DKI Jakarta juga berencana menjadikan wilayah Pasar Ikan itu menjadi kawasan wisata bahari yang dilengkapi dengan plaza. Kawasan itu nantinya akan saling terhubung dengan beberapa kawasan lain di sekitarnya, di antaranya Luar Batang.

Pasar Ikan yang dulunya dikenal dengan nama Vischmarkt dalam bahasa Belanda, kini akan tinggal cerita. Situs jakarta.go.id, melansir, pasar ini pertama kali dibangun 1631 di sebelah timur Sungai Ciliwung, atau di atas panggung dengan atap.

Pasar tersebut kemudian dipindah ke sebuah dermaga dan hingga sekarang ini. Namun, Pasar Ikan kini tak lagi menjual ikan sepenuhnya. Titik-titik di kawasan itu dipadati oleh warung kelontong.

Persis di pinggir Jalan Pasar Ikan, terdapat kawasan Museum Bahari. Tempat ini dulunya merupakan galangan kapal yang kini beralih fungsi menjadi Museum Bahari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya