Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia berada di atas level US$ 40 per barel untuk pertama kali sejak Maret. Sejumlah sentimen pengaruhi penguatan harga minyak antara lain, data ekonomi positif, permintaan China dan pengeboran minyak di AS melemah.
Pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), harga minyak untuk pengiriman Mei naik 64 sen atau 1,6 persen ke level US$ 40,36 di New York Mercantile Exchange. Harga minyak jenis Brent naik 89 sen atau 2,1 persen menjadi US$ 42,83 per barel di London's ICE futures exchange.
"Ada sinyal kalau permintaan minyak melebihi harapan. Pasar juga melihat kalau produksi minyak AS menurun," ujar Phil Flynn, Analis Senior Price Futures Group seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (12/4/2016).
Baca Juga
Advertisement
Ia menambahkan, data terbaru dari China dan Amerika Serikat dengan harga minyak tertekan mendorong permintaan minyak. "Persediaan minyak AS mengejutkan menurun, tetapi pasar juga melihat jejak rekam impor minyak China pada Februari," kata dia.
Pada Februari, impor minyak China naik hampir 25 persen menjadi 31,8 juta metrik ton. Hal itu setara dengan 8 juta barel per hari, dan mencatatkan rata-rata tertinggi harian.
Menjelang penutupan perdagangan, the Energy Information Administration juga menyatakan kalau produksi minyak turun menjadi 114 ribu barel per hari. Pada pekan lalu, aktivitas pengeboran minyak juga merosot di AS. Pengeboran minyak tercatat turun menjadi 354.
"Pengeboran minyak hanya 354 merupakan angka terendah sejak awal 90-an, dan situasi pengeboran minyak makin bikin "frustasi". Dengan produksi minyak jatuh menjadi 9 juta barel per hari akan mendorong kenaikan impor," kata dia.
Harga minyak cenderung fluktuaktif menjelang pertemuan produsen minyak di Doha. Arab Saudi dan Rusia dijadwalkan diskusi untuk kemungkinan membekukan produksi minyak. Namun analis ragu Arab Saudi akan membekukan produksi minyak. (Ahm/Ndw)