Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini, Presiden Venezuela menghimbau keras para wanita untuk menghentikan penggunaan hairdryer. Ia menawarkan alternatif lain dalam menata rambut untuk menanggapi krisis energi yang terus berlanjut di negara tersebut.
Dilansir dari independent.co.uk, Selasa (12/4/2016), Nicolas Maduro telah mengumumkan keputusan untuk memberikan libur di hari Jumat untuk karyawan negara selama dua bulan penuh. Keputusan ini diambil untuk mengimbangi kekurangan listrik yang mulai terjadi.
Baca Juga
Advertisement
Nicolas juga mendesak seluruh warga negara ikut menghemat energi. Yang paling 'kencang', mereka menyerukan kaum wanita untuk mengurangi penggunaan hairdryer untuk acara-acara khusus. "Saya selalu berpikir para wanita terlihat lebih baik ketika mereka menata rambut dengan jari-jari dan membiarkannya kering secara alami. Ini membuat saya mendapatkan sebuah ide."
Ia juga menyarankan semua warga Venezuela membuat sebuah perubahan kecil di dalam rutinitas mereka, termasuk menggunakan panas matahari untuk mengeringkan pakaian ketimbang menggunakan pengering pakaian.
Pro dan kontra mewarnai anjuran Nicolas. Seperti salah satu warga dari Caracas mengatakan kepada Al Jazeera, "Jika presiden berpikir setop pakai hairdryer dapat membantu permasalahan ini, berarti masalahnya jauh lebih buruk dari apa yang kita duga."
Kebijakan selain melarang penggunaan hairdryer, Nicolas menyatakan Jumat sebagai hari non aktif kerja bagi karyawan sektor publik untuk 60 hari ke depan. Hal itu meminimalisir gabungan krisis ekonomi dan energi yang menyebabkan kekurangan pangan dan antrean yang panjang di supermarket.
Sekitar 70% listrik di Venezuela berasal dari pembangkit listrik tenaga air di Guri Dam, yang berada di Sungai Caroni, Bolivar.
Tim Administrasi sosialis menyatakan krisis kekeringan disebabkan oleh cuaca El Nino dan tindakan sabotase lawan-lawan Nicolas. Namun menurut para ahli, hal tersebut bisa ditanggulangi dengan investasi dalam pemeliharaan dan pembangunan pabrik thermoelectric.
Langkah-langkah darurat yang dilakukan Presiden ini memicu banyak ejekan dari para kritikus, yang sebelumnya telah memprediksi terjadinya resesi akut.
"Hanya karena Nicolas tidak bekerja dari Senin sampai Jumat, Sabtu atau Minggu, tidak berarti kami, warga Venezuela juga harus melakukannya. Yang kami inginkan adalah tetap bekerja," papar Maria Corina Machado, salah seorang politisi oposisi.
Pidato Nicolas yang dinilai bertele-tele dan seringkali tidak bermakna di malam hari menyebabkan banyak warga Venezuela gusar, gelisah, dan putus asa untuk mendapatkan solusi dari krisis yang mereka hadapi.
Negara bagian Amerika Selatan telah melakukan gerakan pemadaman listrik sejak beberapa tahun yang lalu, di mana inilah yang membuat Nicolas terkejut saat menyampaikan pidato secara langsung di TV.
Caracas sering terlihat mati, karena seluruh kota kehilangan daya dan beberapa daerah pedesaan hidup di dalam kegelapan.
Akhirnya, Nicolas memberikan para pekerjanya libur selama seminggu penuh di bulan Maret lalu untuk menghemat listrik dan memangkas beberapa jam operasional di lebih dari 100 pusat perbelanjaan di seluruh negeri pada beberapa bulan sebelumnya.
Nicolas berharap dapat mengurangi penggunaan listrik setidaknya sebanyak 20% secara bersama-sama dengan langkah-langkah yang lain.
Presiden sebelumnya, Hugo Cavez pernah berjanji akan mengatasi masalah ini di tahun 2010, namun hanya sedikit perubahan yang terlihat. Negara Amerika Latin yang lainnya juga telah bergulat dengan krisis kekeringan, walaupun masih melalui hari-hari mereka secara normal.