Liputan6.com, Washington, DC - Setelah serangkaian penyidikan yang panjang, tentara Angkatan Laut AS yang bertugas di dinas intelijen didakwa dengan tuduhan mata-mata dan memberikan informasi rahasia ke pihak China dan Taiwan. Hal itu disampaikan oleh pihak resmi AS dan dokumen dakwaan.
Letnan Komodor Edward C. Lin, pilot AL yang menghabiskan kariernya di biro spionase dan patroli sebelumnya telah diinvestigasi oleh FBI dan Lembaga Investigasi Kriminal Angkatan Laut. Ia diperiksa setelah tak bisa memberikan alibi alasan kepergiannya ke luar negeri, memberikan informasi rahasia, dan berurusan dengan prostitusi.
Lin lahir di Taiwan dan mendapatkan kewarganegaraan AS secara naturalisasi. Ia telah ditahan selama 8 bulan di tahanan AL di Chesapeake, Virginia.
Baca Juga
Advertisement
Kasusnya menjadi sorotan publik setelah Lin menghadapi persidangan awal Jumat 8 April lalu. Sidang akan memastikan apakah akan ada bukti kuat yang membawa kasus ini ke persidangan umum militer atau tidak.
Dokumen dakwaan itu telah disunting dengan ketat oleh Angkatan Laut AS sehingga tak menyebut nama Lin dan negara pemerintah asing. Tiga lembar dakwaan itu mengatakan, tugas terduga dari markas pusat adalah untuk melakukan patroli AL dan aksi spionase yang melibatkan aktivitas intelijen internasional.
Terduga didakwa 5 tuduhan mata-mata dan percobaan spionase seperti dalam dokumen itu, seperti dilansir dari LA Times, Selasa (12/4/2016).
"Terduga sengaja dan memiliki alasan informasi yang diberikan membuat keuntungan bagi bangsa asing, terdakwa juga memiliki upaya untuk mengkomunikasikan informasi rahasia yang berkaitan dengan pertahanan nasional kepada perwakilan dari pemerintah asing," tulis dokumen itu.
Terdakwa juga dikenakan dakwaan telah memberikan material berkategori rahasia dan 7 kali berkomunikasi dengan pihak lain yang tak berhak menerima informasi.
Lembaran dakwaan itu tidak menjelaskan kepada siapa informasi diberikan atau kapan. Hukuman maksimum mata-mata di bawah kode militer AS adalah hukuman mati.
Pihak AS enggan memberikan komen terhadap kasus ini.
Imigran di Usia 14 Tahun
Nama Li disebut dalam USNI News. Menurut portal berita militer itu, Li fasih berbahasa Mandarin dan orang yang mengumpulkan sinyal elektronik dari kapal mata-mata.
Lin bergabung dengan Angkatan Laut AS pada 1990 dan ditunjuk sebagai penerbang 3 tahun kemudian.
Pada 2004, ia bergabung dengan skuadron mata-mata di stasiun AL di Pulau Whidbey. Unit itu melakukan kegiatan spionase di Pantai Barat AS hingga Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, hingga pantai timur Afrika.
Setelah 3 tahun, Lin bertugas di kapal induk U.S Pasific yang berlabuh di Honolulu. Tahun 2008 angkatan laut membuat profil tentaranya berjudul, 'Hawaii Sailor 'Dogged' to Become U.S Citizen' salah satunya adalah Lin.
Dalam artikel itu, Lin berkisah, ia baru berusia 14 tahun saat ia dan keluarganya meninggalkan Taiwan. Nama China-nya memiliki 20 huruf dan susah dilafalkan, maka ia memilih nama baru.
"Aku bahkan tak bisa mengucapkan 'ABC', satu nama yang kuingat tentang Amerika adalah Edy," kata Lin dalam artikel itu.
"Edy nama anjing ibuku,... aku beruntung karena ibuku tak menamakannya fluffy," lanjutnya lagi.
Lin kemudian bertugas di kapal angkut Einsenhower dan menghabiskan 2 tahun di Naval War Collage serta dua tahun di Washington untuk kantor bendahara.
Tahun 2014, Lin kembali ke Hawaii bertugas di Special Project Patrol Squardon. Nama panggilannya adalah Wizards.
Menurut surat dakawaan, ia ditahan di Hawaii saat tengah menyiapkan perjalanan ke luar negari. Namun, ia tak bisa mengungkapkan perjalanannya itu.
Juru bicara militer China dan Taiwan mengatakan mereka tak memiliki informasi mengenai kasus ini.
Kasus mata-mata yang dilakukan tentara AS paling besar adalah petugas John Walker.
Walker adalah sersan mayor dan bekerja di kapal selam. Selama 18 tahun ia memberikan rahasia militer ke Uni Soviet hingga akhirnya ditangkap pada 1985.
Advertisement