Liputan6.com, Jakarta Operasi Opson ke lima di tahun 2016 yang diikuti oleh 57 negara, salah satunya adalah Indonesia yang baru berpartisipasi untuk pertama kalinya. Operasi ini bertujuan untuk memberantas bahan pangan ilegal.
Baca Juga
Advertisement
Mungkin masih banyak pertanyaan dibenak masyarakat, mengapa bisa penyelundupan dan peredaran pangan dan obat ilegal masih terus menerus didapatkan oleh BPOM. Menurut Roy Sparingga, selaku Kepala BPOM mengatakan, "Permasalahan ini seperti fenomena gunung es, dan bahwa setiap temuan jangan dianggap sepele justru itu kita selalu berusaha untuk memberantasnya."
Roy mengaku bahwa permasalahan ini mungkin akan selalu terus ditemukan sebab sejumlah produk tersebut masih diminati masyarakat dengan beragam alasan.
"Khususnya pangan kadaluarsa, ini bersumber dari penjualan cuci gudang, supliernya ada, minatnya ada dan juga harganya murah," ucapnya kepada Health-Liputan6.com, Selasa (12/4/2016).
Dari temuan Operasi Opson V di Indonesia tahun 2016 ini, BPOM telah mendapatkan sebanyak 46 sarana, mencangkup Pangan TIE (Tanpa Izin Edar) sebesar 72 persen, Pangan BB (Bahan Berbahaya seperti formalin dan boraks) sebesar 11 persen, Pangan ED (Expired Date atau kadaluarsa) sebesar 6 persen, dan Pangan Sanitas & Higine sebesar 11 persen.