Liputan6.com, Jakarta - Realisasi penerimaan negara pada kuartal I 2016 sebesar Rp 247,6 triliun atau lebih rendah dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya Rp 284 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 204,7 trliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp 42,8 triliun.
Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis Yustinus Prastowo mengatakan, hal tersebut merupakan sinyal bagi pemerintah jika perekonomian belum pulih.
"Ini alarm buat pemerintah kan dalam kondisi periode yang sama. Target pajak tinggi tapi turun. Ini sinyal ekonomi belum pulih," kata dia, Jakarta, Selasa (12/4/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, pemerintah perlu mencari formula baru untuk menggenjot perekonomian. Dia mengatakan, kenaikan Penghasilan Tak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp 4,5 juta juga dianggap belum mampu mendorong perekonomian.
Dia berpendapatan, tidak semua orang membutuhkan hal tersebut. Lebih baik, Yustinus menambahkan, kebijakan lain dilakukan untuk mendorong daya beli masyarakat.
"Ini perlu pelonggaran yang lebih. Misal tarif PPN diturunkan jadi 7 persen itu baru terasa. Turun sekalian ekonomi gerak. Harga langsung turun," imbuh dia.
Di samping itu, dia mengatakan, perlunya pemerintah merevisi penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016.
"15 persen pertumbuhan realisasi tahun lalu. Paling tinggi Rp 1.200 triliun revisi Rp 160 triliun kalau mau aman," tandas dia. (Amd/Zul)