Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu pekan ini. Sentimen dari luar masih menjadi penggerak utama penguatan rupiah.
Mengutip Bloomberg, Rabu (13/4/2016), rupiah dibuka di angka 13.094 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan pada perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.114 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.077 per dolar AS hingga 13.132 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah menguat 4,84 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan Berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank, Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di level 13.096 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.123 per dolar AS.
Pelemahan rupiah masih dipicu sentimen dari luar. Komentar dari Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Janet yellen bahwa mereka akan sangat berhati-hati dalam mengambil langkah kebijakan moneter membuat dolar AS runtuh dan mendorong penguatan mata uang di negara berkembang dan juga negara-negara yang masuk kawasan Asia Pasifik.
Berdasarkan data, The Bloomberg Dollar Spot Index telah melemah 3,9 persen pada perdagangan kemarin. Dalam beberapa hari sebelumnya juga dolar AS melemah cukup dalam.
"Ada saatnya dolar AS akan kembali menguat, tapi bukan saat ini waktu yang tepat," kata Direktur Standish Mellon Asset Management Co Brendan Murphy.
Analis PT samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, ruang penguatan rupiah masih tersedia, reshuffle kabinet dinanti. Rupiah kembali menguat pada perdagangan Selasa kemarin sejalan dengan penguatan kurs di Asia lainnya terhadap dolar AS. "Penguatan juga terjadi pada IHSG dan SUN yang sebagian besar terdorong ekspektasi suku bunga rendah ke depan," tuturnya.
Rangga memperkirakan, ruang penguatan rupiah masih tersedia ke depannya. Fokus investor saat ini tertuju pada pembahasan APBN-P, reshuffle kabinet serta data perdagangan di Jumat. (Gdn/Ahm)