Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur agar dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Selain itu, konsumsi semen di Indonesia masih rendah ketimbang negara lain juga menunjukkan industri semen masih berpotensi tumbuh ke depan. Apalagi pemerintah Indonesia kini menggenjot proyek infrastruktur sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Analis PT Sinarmas Sekuritas, Steven Anthony menuturkan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi akan mendapatkan prioritas untuk pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah. Hal itu juga berdampak positif untuk PT Semen Indonesia Tbk.
PT Semen Indonesia Tbk akan mendapatkan keuntungan multiflier efek dari pembangunan jalan tol, misalkan pengembangan pembangunan komersial dan residensial dekat area jalan tol.
Baca Juga
Advertisement
Katalis positif lainnya dari pertumbuhan ekonomi lebih baik pada 2016. Pertumbuhan ekonomi itu diharapkan dapat sejalan dengan konsumsi semen. Perseroan juga diuntungkan dari lokasi pabrik berada di area Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Sejak biaya logistik memberikan kontribusi biaya tertinggi maka kehadiran pabrik di tiga area di Indonesia itu dapat menekan biaya transportasi.
Dengan perseroan kantongi kas Rp 4 triliun dan rasio utang terhadap modal kurang 0,15, Steven menilai, hal itu menunjukkan kondisi keuangan kuat. "Kami memprediksi utang jangka panjang akan berkurang seiring belanja modal akan menurun lantaran isu kelebihan kapasitas," kata dia dalam risetnya seperti ditulis Rabu (13/4/2016).
Namun, perseroan harus menghadapi sejumlah risiko pada 2016. Pertama, kompetisi industri semen berasal dari pangsa pasar dan rata-rata harga jual. Sebagian besar pesaing menjual produksi lebih murah untuk mengambil pangsa pasar.
Langkah PT Semen Indonesia Tbk dengan mengontrol harga jual. Hal ini juga berdampak terhadap kinerja perseroan pada 2015. Laba bersih perseroan turun 19 persen year on year (YoY) menjadi Rp 4,52 triliun pada 2015.
Akan tetapi, pendapatan turun menjadi Rp 26,94 triliun pada 2015 dari periode 2014 di kisaran Rp 26,98 triliun seiring rata-rata harga jual perseroan susut dua persen.
Namun situasi lain kompetisi berasal dari luar saat pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pelaksanaan MEA memberikan kekhawatiran industri semen domestik lantaran perusahaan asing dapat ekspansi bisnis di Indonesia.
Tak hanya itu, perseroan juga menghadapi kelebihan pasokan semen. Dengan produksi sekitar 80-84 juta ton, sementara konsumsi semen sekitar 60 juta ton, perseroan juga hadapi kelebihan persediaan.
Dengan melihat kondisi itu, PT Sinarmas Sekuritas merekomendasikan beli saat harga saham melemah. Target harga saham sebesar Rp 11.050 per saham dalam 1 tahun dengan prospek netral.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa 12 April 2015, saham PT Semen Indonesia Tbk berada di level Rp 10.500 per saham. (Ahm/Ndw)