Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Presiden Teten Masduki meminta masyarakat berhenti melakukan aksi demo dengan ekstrem. Aksi yang dimaksud adalah 9 petani wanita asal Kendeng, Jawa Tengah, yang menyemen kakinya sebagai protes penolakan pabrik semen di wilayah tersebut.
"Saya berharap mereka menghentikan aksi seperti itu. Dialog mereka di daerah nampaknya sudah tertutup. Jadi mereka berharap pemerintah pusat merespons ini," kata Teten di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (13/4/2016).
Teten mengaku sudah bertemu dan menampung keluh kesah para petani. Kehadiran pabrik semen di tempat tersebut, kata dia, dianggap petani setempat mengganggu lapangan kerja.
"Intinya, mereka menolak pembangunan pabrik semen. Karena keterikatan secara budaya, kehidupan, dengan tanah sebagai sumber penghidupan mereka. Mereka merasa itu dieksploitasi dengan industri semen, secara ekonomi," papar Teten.
Baca Juga
Advertisement
Teten menyatakan akan melaporkan keluh kesah para petani tersebut pada Presiden Jokowi. Meski demikian, pembatalan pembangunan pabrik semen itu sulit dilakukan.
"Opsi dari mereka memang enggak mudah bagi kita untuk memutuskan. Karena investasi sudah jalan, pembangunannya sudah jalan. Jadi saya mau ini dikaji serius oleh pemerintah. Kalau ada opsi lain, mungkin jauh lebih mudah menyelesaikannya," ucap dia.
Sembilan wanita yang berprofesi sebagai petani di Pegunungan Karst, Kendeng, Jawa Tengah, memprotes pembangunan pabrik semen di kawasan itu. Mereka pun menyemen kakinya.
Mereka berharap bisa membuka mata Jokowi, untuk segera menyelesaikan konflik antara petani dan pengusaha.