Di Jakarta, Lebih Banyak Orang yang Bekerja atau Pengangguran?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, DKI Jakarta merupakan provinsi yang siap memanfaatkan bonus demografi.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Apr 2016, 11:36 WIB
Calon pencari kerja sudah mulai mengantri di Indonesia Spectacular Job Fair 2015 dari luar Stadion GBK, Jakarta, Selasa (11/8/2015). Ratusan posisi dan ribuan lowongan kerja yang akan digelar hingga 12 Agustus 2015. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, DKI Jakarta merupakan provinsi yang siap memanfaatkan bonus demografi. Salah satu indikatornya, komposisi jumlah penduduk yang bekerja lebih banyak dari pada yang tidak bekerja.

Dia memaparkan, saat ini jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 10 juta jiwa, atau sekitar 3,9 persen jika dibandingkan total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252,16 juta jiwa.

Dari penduduk DKI tersebut, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 5,06 juta jiwa dari 5,55 juta jiwa angkatan kerja. Sedangkan jumlah pengangguran di DKI Jakarta hanya sebesar 463,9 ribu jiwa.

"Dilihat dari sisi kependudukan, DKI mulai memasuki tingkatan ketergantungan penduduk sudah mulai menunjukan orang yang bekerja lebih banyak dari yang tidak bekerja," ujar dia di Jakarta, Kamis (14/4/2016).

Menurut Darmin, syarat suatu daerah atau negara bisa dikatakan mampu memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki yaitu dari total jumlah penduduk yang ada, lebih banyak penduduk yang bekerja dari pada yang menganggur. Dengan demikian, rasio ketergantungan di daerah tersebut lebih kecil.

"Defendency ratio-nya (rasio ketergantungannya) kecil, itu yang dibutuhkan agar bonus demografi bisa diwujudkan. Kalau orang yang bekerja masih kecil dibanding tidak bekerja, maka tidak siap mewujudkan bonus demografi," kata dia.

Darmin menjelaskan, bonus demografi dapat menjadi berkah bagi Indonesia jika pemerintah dapat mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas manusia dari jenjang pendidik menengah hingga tinggi sehingga unggul saat terjadi ke dunia kerja.

"Tetapi akan menjadi bencana jika pemerintah tidak tepat mengelolanya, sehingga menimbulkan angka pengangguran yang tinggi dan meningkatnya angka kemiskinan," tandas dia. (Dny/Zul)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya