Citizen6, Jakarta Semua paham, harimau atau macan adalah binatang karnivora yang hanya bisa makan daging. Namun apa yang terjadi di WatPha Luang TaBuaYanasampanno, atau biasa disebut kuil harimau ini sungguh berbeda. Di Biara BuddhaTheravada ini harimau-harimau bebas berkeliaran dan semuanya melakukan diet vegetarian seperti para rahib yang menghuninya.
Baca Juga
Advertisement
Perlakuan para biksu ini memperoleh tentangan dari para pembela hak asasi binatang. Para aktivis menilai apa yang dilakukan pada harimau itu adalah sebuah penganiayaan.
Menanggapi hal itu, Pho Tan Bui, seorang biarawan Buddha berusia 88 tahun, mengatakan, "Beberapa orang di luar sana menganggap kita telah menganiaya, sehingga menyebabkan hewan-hewan itu kelaparan dan mati. Tapi bukankah kematian adalah bagian dari proses yang alami? Setiap makhluk hidup harus mati satu hari. Seperti semua orang lahir, setiap orang harus mati, tidak ada yang abnormal tentang kematian. Itu hanya masalah persepsi," ia menjelaskan.
Seperti diberitakan worldnewsdailyreport.com, para biarawan tampaknya tidak khawatir dengan kematian para harimau yang lebih cepat dibanding harimau yang hidup di alam liar.
"Di sini mereka menjadi makhluk hidup yang benar. Kami membantu mereka menghindari kehidupan predator yang membunuh, peluang mereka untuk menjelma menjadi makhluk yang levelnya lebih tinggi, atau mungkin bahkan bereinkarnasi menjadi manusia jauh lebih tinggi," kata Bin Nay Tran, seorang biarawan terkemuka di biara.
"Apakah kehidupan liar di hutan, berburu mangsa dengan membunuh binatang lainnya adalah kehidupan yang baik?" Ia bertanya.
"Di sini mereka diberi makan dan tidak perlu berburu dan memangsa makhluk hidup lainnya. Mereka dapat merenungkan makna kehidupan dan mengatasi kondisi duniawi mereka, "katanya kepada wartawan setempat.
"Jika mereka hidup lebih pendek, tetapi mereka hidup bahagia, bukankah itu yang penting?" Tambahnya.
Namun tentu saja ini bertolak belakang dengan apa yang dikatakan juru bicara WWF, Wilma Freinden. Menurut dia, memperlakukan harimau seperti itu sungguh kejam dan harus segera dihentikan.
"Kami telah meminta pihak berwenang Thailand untuk mengakhiri kegiatan ini berkali-kali, tapi respon para pejabat sangat tidakkomprehensif," katanya.
Sebuah studi yang dilakukan oleh National Geographic pada 2012 menyimpulkan bahwa lebih dari 500 harimau mati prematur sejak 2008, rata-rata mereka berumur 4 sampai 8 tahun.