Tiongkok Cetak Pertumbuhan Ekonomi Terendah dalam 7 Tahun

Para ekonom yang disurvei CNN Money memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan melambat ke 6,3 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Apr 2016, 15:46 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, New York - Tiongkok memulai gerak di tahun ini dengan perlambatan. Pertumbuhan ekonomi yang dibukukan negara tersebut di kuartal I 2016 ini merupakan pertumbuhan ekonomi terlambat dalam tujuh tahun terakhir.

Mengutip CNN money, Jumat (15/4/2016), Biro Statistik China mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut berada di angka 6,7 persen pada kuartal I 2016 ini. Angka tersebut sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan estimasi dari para analis.

Berdasarkan survei yang dilakukan CNNMoney, para analis dan ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok berada di kisaran 6,6 persen.

Meskipun berada di atas prediksi para analis, angka pertumbuhan tersebut terburuk jika dihitung sejak krisis finansial yang terjadi pada 2009.

"Memang, perlambatan ini sedikit lebih pelan dari yang ditakutkan selama ini," jelas Ekonom Oxford Louis Kuijs.

Ia melanjutkan, jika melihat realisasi tersebut maka bisa menjadi momentum untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di kuartal II nanti. Namun, pemerintah perlu untuk berjuang lebih keras lagi.

Pemerintah perlu untuk terus menambah stimulus dan mendorong investasi di sektor infrastruktur. "Langkah tersebut untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang ditargetkan," jelas Louis.

Sebelum pengumuman dari Biro Statistik Tiongkok rilis pada hari ini, para ekonom yang disurvei CNN Money memperkirakan, pertumbuhan ekonomi akan melambat ke 6,3 persen sepanjang tahun ini.

Prediksi dari para analis tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan target pemerintah yang ada di kisaran 6,5 persen sampai 7 persen. Sedangkan pada tahun lalu, realisasi pertumbuhan ekonomi China ada di angka 6,9 persen.

Setelah selama bertahun-tahun membukukan pertumbuhan yang tinggi, perekonomian Tiongkok menjadi melandai secara cepat. Hal tersebut terjadi karena Pemerintah Tiongkok sedang mencoba untuk mengubah pendorong ekonomi dari manufaktur ke konsumsi.

Sebagian besar data ekonomi yang telah keluar pada tahun ini telah menunjukkan hal tersebut. Aktivitas perdagangan dan kegiatan pabrik mengalami pelemahan.(Gdn/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya