Citizen6, Palembang - Pendidikan gratis yang dicanangkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah ternyata tidak selalu menjangkau kebutuhan pendidikan para generasi muda di berbagai daerah. Melihat fenomena inilah yang akhirnya menggerakkan pemuda pemudi Sumatera Selatan (Sumsel) untuk membentuk wadah khusus pendidikan gratis yang dinamakan Rumah Belajar Ceria (RBC).
Baca Juga
Advertisement
Rumah Belajar Ceria (RBC) yang terbentuk pada 15 Maret 2014 awalnya diprakarsai oleh tujuh orang pemuda-pemudi, yaitu Amirul, Evan, Ratna, Mimi, Tiwi, Melta, Tria dan Erwin. Sebagian besar dari mereka bekerja di sektor pendidikan sehingga sedikit banyak mereka mengetahui tentang kondisi pendidikan di Sumsel. Mereka pun dengan tulus membagi ilmunya tanpa meminta imbalan apapun dari masyarakat.
“Awalnya kami survey dulu ke pemukiman masyarakat yang tergolong kurang mampu, apa saja yang mereka butuhkan. Ternyata saat kami survey, awalnya ada penolakan, namun kami jelaskan kembali niat kami murni untuk sosial tanpa embel-embel apa pun. Akhirnya para orang tua sangat antusias kalau ada wadah pendidikan non formal gratis untuk anak-anaknya. Terlebih masih ada juga yang putus sekolah karena kurangnya biaya dan lainnya,” ujar Humas RBC, Indra Purnama (23), kepada Liputan6.com, Sabtu (16/4/2016).
“Setelah survey di beberapa lokasi, akhirnya kami memilih membuka RBC di Palembang. Tepatnya di lokasi pinggiran Sungai Musi, di Jalan Sungai Pedado RT 20 RW 05, Kelurahan Keramasan, Kecamatan Kertapati Palembang. Karena di daerah pinggiran di Sungai Musi kebanyakan masyarakatnya masuk kategori ekonomi lemah dan pendidikan yang kurang,” lanjutnya.
Tantangan terberat mereka adalah menarik minat para anak-anak untuk bergabung. Lalu, tidak adanya ruang tertutup untuk tempat mereka mengajar. Beruntungnya, para warga berbaik hati meminjamkan rumah panggung kayu yang tidak terpakai dan memperbolehkan halaman masjid digunakan untuk belajar.
Saat ini ada sekitar 20 orang tenaga pengajar yang aktif mengajar di RBC. Kendati tidak terikat, namun para pengajar mempunyai kesadaran tinggi untuk mengemban tugas sosial ini. Mereka juga dibantu para relawan lainnya, sehingga bisa membina adik-adik didiknya. Sistem pengajaran juga terpisah, antara usia PAUD-TK dan Sekolah Dasar. RBC berjalan setiap pekan, di hari Sabtu dan Minggu pada pukul 09.00 WIB hingga 11.30 WIB.
Relawan yang berbagi ilmu
Meskipun hanya sebatas gerakan sosial, tapi mereka tidak main-main dalam membangun RBC. Para relawan ini membuat rancangan kerja (raker) di tiap tahun baru ajaran. Selain merogoh kocek sendiri untuk kebutuhan RBC, mereka juga membentuk Fondation. Dimana RBC Fondation menjadi basis pendapatan dengan berjualan handmade dan penyaluran donasi dari para donatur.
“Pengajar dan relawan sering menggelar bazar handmade di Kambang Iwak setiap Minggu Pagi. Dari hasil jualan, semuanya dimasukkan ke kas dan digunakan untuk kebutuhan RBC. Kita juga sering mengajukan proposal baik ke perseorangan maupun perusahaan untuk menggalang dana tanpa embel-embel apapun,” lanjutnya.
Tidak hanya sebatas mengajar dan memberikan ilmu secara gratis kepada adik-adik didiknya. Para penggagas, pengajar dan relawan RBC juga berjibaku mengumpulkan pundi-pundi uang untuk menyekolahkan adik didiknya yang putus sekolah.
Mereka mengemasnya dalam Program Kakak Asuh (PKA), dimana para donatur menyumbangkan dana secara kontinu setiap bulannya. RBC membuat PKA ini dengan sistem paket bulanan, mulai dari Rp 100 rb - Rp 500 ribu. Dalam program ini, ada tim khusus yang berkoordinasi dengan para donatur PKA. Sehingga sekarang, sudah tiga orang yang akhirnya bisa melanjutkan sekolahnya. Kegiatan mereka juga dipublikasi ke media sosial, sehingga pencarian donatur sangat membantu dari jejaring sosial tersebut.
“Kita juga sedang mengumpulkan dana untuk membangun gedung permanen di sini. Rencana mau bangun dua lantai, agar bisa maksimal dalam mengajar adik-adik dan lebih menumbuhkan minat belajar mereka. Karena kebanyakan mereka lebih tertarik bekerja membantu orang tua menyadap karet ataupun nelayan, ini juga karena faktor ekonomi yang kurang,” tambahnya.
Agar RBC mempunyai regenerasi, terkhusus di daerahnya sendiri, mereka juga menggerakkan Karang Taruna dan Ikatan Remaja Masjid (IRMA). Tujuannya agar para generasi muda yang berasal dari daerah inilah yang bisa menyambung tugas para penggerak RBC. Mereka pun memperluas sayap dengan membangun perpustakaan umum di Bintaro Jakarta dan rencana akan masuk ke Kabupaten Ogan Ilir dan PALI.
Pengirim:
Nefri Inge
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement