Liputan6.com, Bogor - Presiden Joko Widodo atau Jokowi akhirnya memberikan jawaban terkait ramainya isu reshuffle atau perombakan Kabinet Kerja jilid II yang belakangan ini kian ramai diperbincangkan publik. Jokowi mengatakan, sebagai pemegang penuh roda pemerintahan, ia bisa saja me-reshuffle terhadap menteri-menterinya kapan saja.
"Ya, reshuffle itu setiap hari juga bisa, setiap bulan juga bisa, hari ini bisa tahun depan bisa. Tapi yang saya sampaikan ke seluruh menteri fokus kerja saja," ucap Jokowi saat berbincang dengan Liputan 6 SCTV dan Liputan6.com di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/4/2016).
Jokowi menjelaskan, untuk menilai kinerja para menteri, ia selalu mengadakan survei ke masyarakat. Terutama, melihat program dan tugas yang ia amanahkan sudah dirasakan atau belum. Hal itu kemudian dijadikan bahan evaluasi dalam rapat-rapat kabinet rutin.
"Masalah reshuffle setiap minggu setiap bulan ini kan apa pun kita evaluasi, mengenai tingkat kepercayaan masyarakat kepuasan masyarakat. Karena masyarakat sekarang ini melihat kita ini kerja apa tidak sih? Mampu menyelesaikan masalah apa tidak sih? Yang melihat masyarakat dan memang seharusnya yang menilai masyarakat," tutur Jokowi.
"Nah dari sana kita melakukan survei-survei yang berbasis pendapat-pendapat dari masyarakat meskipun saya sendiri juga punya raport (menteri) sendiri. Setiap hal memang kita selalu bahas dalam rapat-rapat kabinet atau rapat paripurna," Jokowi menambahkan.
Baca Juga
Advertisement
Soal sentilan terhadap menteri yang pernah gaduh lantaran berbeda pendapat, Jokowi menilai hal tersebut sesuatu yang wajar. Namun, ketika memutuskan mana yang ia pilih, maka para menterinya tidak boleh berdebat lagi soal ide dan konsepnya yang paling baik.
"Sebelumnya memang ada silang perbedaan pendapat, buat saya biasa. Tapi begitu sudah kita putuskan, putus. Seperti contoh (Blok) Masela, kita putuskan sudah di darat. Kita kerjakan, jangan didebatkan lagi," Jokowi menegaskan.
Ia menambahkan, sebenarnya silang pendapat yang ditunjukkan menteri-menterinya ke publik adalah hal yang positif. Terlebih, hal tersebut akan menjadi penilaian masyarakat, mana menterinya yang sudah bekerja baik dan belum bekerja secara baik.
"Kalau gaduh sebenarnya tidaklah. Ada perbincangan ada dialektika yang kadang-kadang juga disampaikan ke publik antar-menteri ada perbedaan ini sebuah perbincangan yang baik untuk publik, mana yang benar, mana yang baik, mana yang kurang baik," ujar Jokowi.
Pada intinya, menurut Jokowi, para menteri jangan banyak bicara, melainkan harus banyak kerja.
"Jangan banyak wacana, harus banyak kerja, gitu saja," Jokowi menandaskan.