Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei terkait kondisi ekonomi nasional pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada kuartal 2016. Hasilnya, masyarakat menilai, secara umum ekonomi nasional positif.
"Jumlah warga yang menyatakan ekonomi rumah tangganya lebih baik dari tahun lalu lebih banyak 39 persen dibanding yang menyatakan lebih buruk yaitu 27 persen. Jumlah warga yang menyatakan ekonomi nasional lebih baik juga lebih banyak, yaitu 32 persen dibanding yang menyatakan lebih buruk yaitu 26 persen," ujar peneliti senior SMRC Djayadi Hanan dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (17/4/2016).
Djayadi mengatakan, ada 63 persen warga yang optimistis ekonomi rumah tangga setahun ke depan lebih baik. Sedangkan 6 persen warga pesimistis ekonomi rumah tangga akan lebih buruk.
Baca Juga
Advertisement
"Demikian juga dengan ekonomi nasional tahun depan. Warga yang optimis lebih banyak yaitu 58 persen dibanding yang pesimis yaitu 6 persen," kata dia.
Namun demikian, lanjut Dyajadi, di sejumlah aspek ekonomi, evaluasi masyarakat negatif. Sekitar 61 persen atau mayoritas warga merasa memenuhi kebutuhan pokok saat ini lebih berat dibanding tahun lalu. Kemudian 62 persen warga juga menyatakan pengangguran saat ini lebih banyak.
Begitu juga dengan jumlah orang miskin dinilai makin banyak oleh mayoritas warga. Selain itu, 66 persen warga menilai mencari kerja juga dinilai makin sulit dan 30 persen lainnya menilai kesejahteraan makin tidak merata.
"Meskipun penilaian di berbagai aspek tersebut masih negatif, kalau dibandingkan dengan penilaian publik akhir tahun lalu, jumlah yang menilai negatif ini makin berkurang. Dengan kata lain, ada peningkatan kinerja pemerintah di berbagai bidang tersebut," kata dia.
Djayadi menambahkan, sentimen atas kondisi ekonomi nasional dan rumah tangga sangat terkait dengan inflasi yang secara reguler dirilis BPS, yaitu kenaikan inflasi, sentimen negatif naik dan inflasi turun, sentimen negatif turun.