Liputan6.com, Rangiora - Demi mengurangi pemandangan celana ketat yang 'menyembul' saat sarapan, sebuah hotel di Selandia Baru melarang penggunaan celana sepeda berbahan Lycra yang lazimnya ketat melekat pada pengguna.
Baca Juga
Advertisement
Menurut pihak Plough Hotel di Rangiora, 'tonjolan dan lekukan' karena penggunaan celana ketat itu tidak pantas dan 'tidak sedap dipandang'.
Dikutip dari Guardian pada Senin (18/4/2016), demi 'meningkatkan standar berpakaian, pada Kamis 14 April lalu pihak hotel memasang papan pengumuman yang berbunyi demikian: "Sepeda adalah benda yang indah, tapi seharusnya tidak usah menciptakan bahan Lycra! Pengguna celana pendek Lycra tak diizinkan masuk."
Menurut Mike Saunders, salah satu pemilik hotel, ia menginginkan kafe di hotel sebagai tempat pertemuan yang tradisional dan ramah keluarga. Menurutnya, para pengguna celana pendek Lycra mempertontonkan terlalu banyak 'tonjolan dan lekukan yang tidak sedap dipandang'.
"Saya tak membenci Lycra secara keseluruhan, hanya celana pendeknya. Banyak pelanggan kami yang sudah lanjut usia atau masih anak-anak, mereka tak patut menyaksikan pemandangan demikian," kata Saunders kepada Guardian.
Menurut Saunders, hanya celana pendek Lycra sajalah yang rencananya akan dilarang.
"Sepatu kotor sepakbola bolehlah. Celana lari juga bisa. Sendal jepit juga tak mengapa. Sejauh ini warga setempat menghargai upaya kami menegakkan tata cara berpakaian, sehingga mereka bisa menikmati hidangan dikelilingi oleh orang-orang yang bercelana panjang."
Siobhan Tolhurst, yang pernah bekerja di kafe lain milik Saunders menjelaskan alasan keengganan terhadap Lycra.
"Saya mendukung larangan Lycra olehnya. Karena ketika para pesepeda masuk, mereka bau, berkeringat, dan duduk sembarangan. Semua orang, termasuk anak-anak kecil, merasa terganggu.”
"Ada beberapa kejadian di mana para pria bertubuh besar mengenakan celana pendek demikian dan tidak pantas dilihat anak-anak."
Sementara itu, Tracy Clark yang menjabat sebagai ketua Pegasus Cyclinig Club mengatakan kepada Fairfax New Zealand bahwa larangan itu membuktikan 'kurangnya pemahaman.'
"Ada orang-orang di Selandia Baru yang bertumbuh dewasa tanpa sepeda dan tidak mengerti kenapa keluar rumah, berkeliling melihat pemandangan. Mereka tertarik masuk dalam mobil dan mengemudi dari satu tempat ke tempat lain."
Di lain pihak, Ron Van Til, pemilik toko Rangiora Bakery mengatakan bahwa sikap Plough Hotel cukup provokatif, tapi sepeda dan celana pendek Lycra tetap diizinkan di tempat usahanya.
"Saya memiliki pandangan yang berbeda, yaitu bahwa dunia itu beragam isinya dan kita menerima segala bentuk dan ukuran. Saya sama sekali tidak bermasalah dengan Lycra," katanya.