Liputan6.com, Jakarta - Kelompok radikal pimpinan Abu Sayyaf menculik 10 WNI di perairan Filipina. Mereka kembali beraksi dengan menyandera empat WNI.
Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Letjen ( Purn) Sutiyoso mengatakan pemerintah telah melakukan upaya pembebasan para WNI yang masih dalam penguasaan kelompok radikal yang berbasis di kawasan Filipina Selatan itu.
"Pemerintah sudah maksimal melakukan langkah- langkah yang terbaik. Tapi, apa yang sudah berjalan saya tidak bisa buka," ujar Sutiyoso saat mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan kerja ke Berlin, Jerman, Senin (18/4/2016).
Baca Juga
Advertisement
Menyusul terjadinya dua rentetan aksi penyanderaan WNI oleh kelompok Abu Sayyaf dalam beberapa minggu ini, Sutiyoso mengatakan, Pemerintah telah melakukan langkah antisipasi dengan menggelar latihan perang serta pembebasan sandera dan peningkatan keamanan di wilayah perbatasan Kalimatan-Malaysia yang berdekatan dengan[ perairan Filipina](36364/ "").
Ia pun telah berkoordinasi kepada seluruh pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga keamanan laut khususnya di wilayah perbatasan. Selain itu, ia juga mengusulkan perlu adanya pengawalan bagi setiap kapal yang melintas di wilayah rawan.
"Karena itulah kita harus makin waspada, jadi saya sudah sarankan ke Presiden bahwa patroli keamanan laut TNI AL dan Polri akan kita intensifkan di perbatasan. Dan mesti pengiriman ke sana harus ada pengawalan," ucap dia.
Pada Jumat 15 April 2016 malam, 4 pelaut Indonesia diculik kelompok bersenjata yang diduga Abu Sayyaf di perairan perbatasan Filipina dan Malaysia. Ini insiden pembajakan ketiga dalam sebulan terakhir yang dialami kapal di perairan internasional di Tawi-Tawi, pulau milik Filipina yang berbatasan dengan pantai timur Sabah, Malaysia.
Sebanyak 10 awak kapal WNI disandera juga disandera pada 26 Maret 2016 tepatnya di perairan Tambulian, di lepas pantai Pulau Tapul, Kepulauan Sulu, Filipina. Total saat ini WNI yang disandera oleh Abu Sayyaf berjumlah 14 orang.