Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit mencatat dana pungutan sawit yang terkumpul hingga Maret 2016 mencapai Rp 2,8 triliun. Dengan realisasi tersebut BPDP Sawit optimistis target pungutan yang berasal dari eksportir produk sawit bakal tercapai.
Direktur Utama BPDP Bayu Krisnamurthi mengatakan, besaran dana pungutan sawit yang mencapai Rp 2,8 triliun tersebut berasal dari ekspor produk sawit dalam periode Januari hingga Maret 2016 yang mencapai 7,42 juta ton.
Baca Juga
Advertisement
Realisasi dana pungutan sawit sepanjang kuartal I 2016 tersebut sudah mencapai 30,7 persen dari target sepanjang 2016 yang tercatat Rp 9,5 triliun. Bayu optimistis target tersebut dapat tercapai. "Sudah 30,7 persen dari target 2016 yang sebesar Rp 9,5 triliun. Angka ini on track," tutur Bayu, di Kantor BPDP Sawit, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Dana pungutan sawit yang terkumpul tersebut sudah disalurkan oleh BPDP Sawit. Dana tersebut telah digunakan untuk memberikan kepada produsen biodiesel yang produknya digunakan untuk campuran Solar untuk periode Januari hingga Maret 2016. Biodiesel yang telah diproduksi dan mendapat subsidi pada periode tersebut mencapai 600 ribu Kilo liter (Kl).
Untuk diketahui, salah satu program yang akan memperoleh dukungan dari dana pungutan sawit adalah biodiesel 20 persen alias B20. Kegiatan ini mencampur bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar dengan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO).
BPDP Sawit diperkirakan menggelontorkan dana Rp 9,5 triliun-Rp 10 triliun untuk membiayai selisih subsidi biodiesel yang semakin besar, lantaran harga minyak mentah dunia terjun bebas.
Selain itu, dana pungutan sawit tersebut juga telah digunakan untuk perbaikan lahan kelapa sawit di Riau seluas 670 hektare. "Kedua ini agak menarik. Ada dua koperasi di Musi Banyu Asin di Sumatera Selatan yang petaninya menggunakan dana tabungan sendiri sebesar Rp 35 juta per haktere untuk memperbaiki lahan. nanti akan mendapat bantuan bantuan BPDP Sawit senilai Rp 25 juta per hektare jadi total Rp 60 juta, " kata Bayu. (Pew/Gdn)