Liputan6.com, Jakarta - Kepindahan Jorge Lorenzo dari Movistar Yamaha ke Ducati adalah kabar terhangat dunia balapan roda dua saat ini. Ada banyak keuntungan yang mungkin dapat diraih oleh pebalap 28 tahun ini.
Salah satunya adalah soal ketenaran. Selama ia masih terus di Yamaha, selama itu pula sinarnya akan terus terhalangi oleh The Living Legend Velentino Rossi. Belum lagi soal pendapatan yang nampaknya akan lebih besar.
Lantas, bagaimana jika bicara peluang? Apakah Lorenzo mampu mengulangi prestasinya di Ducati? Ataukah justru tak lebih baik?
Baca Juga
Advertisement
Salah satu faktor yang cukup signifikan untuk menjawab pertanyaan di muka adalah dengan melihat spesifikasi masing-masing kendaraan yang digunakan. YZR-M1 di kubu Movistar Yamaha, dan Desmosedici di sisi Ducati.
Lebih ganas
Di atas kertas, performa keduanya tak terlalu punya perbedaan signifikan. YZR-M1 yang menggendong mesin 1.000 cc hasilkan tenaga lebih dari 240 Tk, sementara Desmosedici diklaim punya output maksimal lebih dari 245 Tk.
Pertanyaannya kemudian, mengapa sepeda motor Ducati lebih dikenal garang di trek lurus, sementara Yamaha di tikungan? Padahal spesifikasi mesin keduanya hampir mirip? Jawabannya ternyata ada di konfigurasi mesin.
YZR-M1 menggunakan mesin inline 4 silinder (I-4). Dengan konfigurasi ini, maka ukuran mesin bisa lebih kecil atau kompak. Konsekuensi mesin kecil adalah jarak sumbu roda yang bisa diperkecil. Akibatnya, motor lebih lincah bermanuver.
Sementara itu, konfigurasi mesin Ducati adalah V4 90 derajat, atau yang juga disebut L4. L4 punya gaya yang lebih seimbang dibanding I-4, dan pada akhirnya punya output yang lebih besar (sekira 5 poin tenaga kuda dibanding Yamaha).
Kelemahan
Meski begitu, mesin ini punya dimensi yang lebih besar dan memakan banyak tempat dibanding konfigurasi I-4. Akibatnya, jarak sumbu roda lebih panjang sehingga kemampuan manuver lebih jelek dibanding Yamaha.
Dengan perbedaan ini, apakah Jorge Lorenzo akan bersinar bersama tim barunya? Apakah ia akan lebih cocok dengan karakter motor Ducati? Ataukah keputusannya untuk pindah ternyata salah? Kita tunggu saja.