Liputan6.com, Philadelphia - Perubahan iklim bukan sekedar masalah lingkungan hidup, ekonomi, atau politik. Perubahan iklim juga merupakan permasalahan kesehatan, baik umum dan pribadi.
Baca Juga
Advertisement
Setelah penelitian selama 2,5 tahun, American College of Physicians (ACP) menerbitkan makalah kebijakan yang menyerukan tindakan agresif secara global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Seperti dikutip dari Healthline pada Selasa (19/4/2016), kelompok itu menyerukan agar para anggotanya gencar bersuara dan mengambil tindakan memerangi perubahan iklim. Laporan yang sudah diterbitkan di Annals of Internal Medicine itu juga membeberkan sejumlah dampak potensial terhadap kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Dampak-dampak yang disebutkan antara lain lebih tingginya penyakit terkait pernafasan dan suhu panas, peningkatan penularan penyakit oleh serangga, penyakit menular melalui air, kerentanan pangan dan air, malnutrisi, dan masalah kesehatan mental.
Kelompok Paling Rentan
Para penulis penelitian mengatakan, orang yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah warga masyarakat paling lanjut usia, paling sakit, dan paling miskin.
Sebagai contoh, penelitian terhadap anggota masyarakat Wasatch Front di negara bagian Utah menemukan kaitan jelas antara polusi udara dan masalah kardiovaskular pada para pasien.
Untuk setiap peningkatan kadar partikel halus di udara, kemungkinan menderita infark myikardial dan angina yang tidak stabil meningkat 45 persen.
Menurut Dr. Wayne J. Riley, M.P.H, M.B.A, M.A.C.P, yang sekaligus menjabat sebagai presiden untuk ACP, persoalan ini bersifat internasional, karena GRK tidak mengenal batas-batas politik.
“Saya baru kembali dari India dan menyaksikan secara langsung masalah-masalahnya,” katanya kepada Healthline.
Seruan Tindakan
ACP adalah organisasi terbesar bidang kesehatan dan terbesar ke dua untuk bidang kedokteran di AS. Organisasi itu memiliki 143 ribu anggota.
Kelompok itu menyerukan tindakan dari dalam organisasi maupun dari masyarakat luas. “Kita perlu meningkatkan kesadaran dalam sektor kesehatan, yang merupakan ke dua terbesar dalam penggunaan energi setelah industri pangan,” kata Riley lagi.
Penghematan penggunaan energi bisa 9 miliar dolar AS setiap tahunnya. Nilai itu setara dengan kira-kira Rp 118 miliar.
“Sebagai sebuah industri, kita perlu mengurangi GRK, melakukan lebih banyak daur ulang, dan menyadarkan para pasien tentang dampak buruk pada pernafasan dan sistem-sistem lain,” katanya.
Riley secara khusus menjelaskan. “Perubahan iklim buruk bagi asma. COPD akan lebih parah, demikian juga dengan alergi karena akan ada lebih banyak kapang dan jumlah serbuk sari.”
“Penyakit yang menular melalui kutu, misalnya penyakit Lyme, akan berdampak kepada lebih banyak orang. Akan ada lebih banyak lagi virus Zika dan West Nile karena nyamuk menyenangi iklim hangat,” katanya lagi.
Ia mengingatkan, “Kitalah dokter-dokter yang akan merawat para pasien itu.”