Liputan6.com, Tarakan - Empat hari penyanderaan empat awak Kapal Henry, aktivitas kantor yang menaungi keempatnya di kantor cabang PT Global Trans Energi Internasional, Jalan Imam Bonjol, Tarakan, Kalimantan Utara, berjalan normal.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Selasa (19/4/2016), perusahaan pelayaran ini tetap bungkam terkait asal muasal anak buah kapal (ABK) yang kini disandera.
Begitu pula dengan Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tarakan, turut bungkam.
Baca Juga
Advertisement
Kapal Henry dan tongkang Cristi yang sudah tanpa muatan, dibajak di Kawasan Lahad Datu, Malaysia, dalam perjalanan Filipina-Tarakan, pada Jumat 15 April 2016, pukul 18.32 WITA.Pengamat terorisme menyebut, lokasi sandera sulit dilacak.
Informasi tentang adanya 4 WNI yang kembali disandera membuat keluarga 10 ABK yang diculik lebih dulu, kian cemas.
Ratnawati Nompo, ibu kandung Wawan Saputra salah seorang ABK asal Makassar, kini sakit-sakitan karena memikirkan keselamatan anaknya.
Kecemasan juga menghinggapi keluarga Bayu Oktavianto di Klaten, Jawa Tengah. Keluarga berharap perusahaan segera memberikan uang tebusan, agar 10 ABK bebas.
Sudah lebih dari tiga pekan kelompok militan Abu Sayyaf menyandera 10 WNI ABK Brahma 12.