Liputan6.com, Ternate - Perusahaan swasta yang memiliki kapal di mana 10 ABK asal Indonesia yang kini tengah disandera militan Abu Sayyaf di Filipina Selatan setuju membayar uang tebusan. Ransum bagi 10 WNI itu bernilai US$ 1,08 juta atau sekitar Rp 13,2 miliar. Keterangan itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan.
"Komunikasi antara perusahaan dan pihak penyandera mungkin akan terjadi lagi pada Rabu atau Kamis mendatang," kata Luhut kepada wartawan di Ternate, Maluku Utara, seperti dilansir dari Asian News Network, Selasa (19/4/2016).
Sementara itu, usaha untuk 4 WNI yang juga disandera Abu Sayyaf di insiden berbeda, masih berlanjut, kata Luhut.
Baca Juga
Advertisement
"Perlu diketahui, komunikasi antara grup yang menyendara 10 WNI jauh lebih enak diajak berbicara dibanding yang menahan 4 WNI," tambahnya lagi.
Kelompok teroris Abu Sayyaf menculik dan menyandera 10 ABK WNI dari kapal tugboat Brahma 12 dan Anand 12 di perairan pada 28 Maret lalu. Grup itu meminta uang tebusan sekitar US$ 1 juta. Sementara itu, mereka tidak mengambil kapal yang mengangkut lebih dari 7.500 ton batu bara.
Sarah Lubis, Coorporate Secretary dari United Tractors, perusahaan yang memiliki kapal di mana 10 ABK WNI disandera, mengatakan kepada The Straits Times, "Kami siap lakukan apapun yang terbaik bagi anggota kru kami."
Di insiden terpisah, pada 15 April, perompak yang dipercaya masih memiliki hubungan dengan militan Abu Sayyaf melakukan aksi penculikan lagi. Ada 4 WNI ABK diculik dan disandera.
Keempat WNI adalah bagian dari 10 kru yang membawa kapal pengangkut TB Henry dari Cebu, Filipina ke Tarakan, Kalimantan Utara sehabis mengedrop muatan 8.000 ton batu bara.
Para penculik tidak mengambil kapal namun, salah satu kru tertembak di dada setelah bersikeras kabur. ABK itu terluka dan sisa 5 kru berhasil lolos dan ditolong oleh polisi Malaysia.
Abu Sayyaf dibentuk oleh kelompok pemberontak Moro pada 1991. Ditengarai, mereka didanai oleh Al-Qaeda.
Aksi kelompok itu terkenal dengan penculikan, pembunuhan dan pengemboman. Beberapa bulan terakhir grup itu mendeklarasikan dukungannya terhadap ISIS.
"Abu Sayyaf itu kelompok teroris yang dimotivasi oleh uang, bukan idelogi," tutup Luhut.