Liputan6.com, London - Tikus sering dianggap sebagai makhluk pembawa penyakit yang berkeliaran di kegelapan kota.
Spesies yang paling sering dikenal adalah tikus cokelat (Rattus norvegicus) dan tikus hitam yang sedikit lebih kecil (Rattus rattus). Keduanya hidup di semua benua, kecuali Antartika.
Mimpi buruk seolah menjadi kenyataan saat setiap beberapa bulan muncul foto menakutkan di media akan tikus berukuran raksasa. Namun sebenarnya, kota bukanlah tempat terbaik untuk mencari tikus-tikus terbesar.
Baca Juga
Advertisement
"Sama sekali tak ada bukti bahwa tikus cokelat yang ditemukan di Inggris bertambah besar," kata Dougie Clarke dari University of Huddersfield, Inggris, seperti dikutip dari BBC, Selasa (20/4/2016).
Menurut Clarke yang merupakan pakar tikus super maksudnya bukan tikus yang kemudian menjadi sangat besar sampai bisa menjadi pelatih bela diri seperti halnya karakter dalam kartun Teenage Mutant Ninja Turtles. Namun tikus-tikus yang sudah kebal racun yang dipakai oleh pengendali hama.
"Dalam penelitian kami yang melihat ratusan tikus cokelat dari seluruh penjuru Inggris, panjang maksimal 'tikus super' dewasa adalah 26 cm dengan panjang buntut 25 cm," kata Clarke. "Jadi tidak jauh berbeda dari rata-rata tikus cokelat."
"Laporan di media yang menyebutkan bahwa tikus cokelat menjadi semakin besar sebenarnya hanya trik foto dengan memegang tikus dalam posisi jauh dari badan atau spesies lain dari tikus peliharaan yang kabur," katanya.
Berikut rincian tikus-tikus jumbo tersebut.
Tikus London hingga Sumatera
Tikus Raksasa di London
Contohnya, tikus raksasa yang ditemukan dalam kondisi mati dekat taman bermain di Hackney, London, Inggris, pada Maret 2016 yang disebut sama besarnya dengan anak-anak kecil di sana. Karena faktor perspektif, benda yang tampak dekat dengan kamera terlihat lebih besar daripada objek yang lebih jauh. Sehingga hewan pengerat itu pun terlihat sangat besar.
Namun trik kamera tersebut dibongkar oleh orang-orang skeptis yang mengukur ulang jarak objek, ternyata panjang tikusnya hanya standar.
Namun tetap saja, jika karya fiksi bisa menjadi ukuran maka rasa penasaran kita terhadap tikus raksasa sebenarnya cukup mendalam. Meski hanya disebut sekilas di satu cerita Sherlock Holmes, tikus raksasa Sumatera adalah legenda.
Tikus Sumatera
Dalam kenyataannya, ada dua jenis spesies tikus yang bisa menjadi inspirasi referensi hewan pengerat berukuran besar.
Tikus bambu Sumatera (Rhizomys sumatrensis) yang panjangnya bisa 50 cm dari hidung sampai ujung buntut.
Meski mirip tikus cokelat, tapi panjang ekor tikus bambu Sumatera hanya 12 cm dari panjang totalnya. Jadi tikus yang gendut ini beratnya bisa mencapai 4 kg, atau sama seperti kucing rumahan, menurut dokumen spesies yang terbit pada 1936.
Tikus Sunda
Kandidat tikus besar lain adalah tikus gunung raksasa Sunda (Sundamys infraluteus), yang digambarkan sebagai spesies pemakan segala berukuran besar yang hidup di hutan-hutan pegunungan.
"Sundamys infraluteus bisa mencapai 60 cm, tapi beratnya tak sampai 500 gram karena morfologi tubuh yang berbeda," kata Raquel López Antoñanzas dari University of Bristol, Inggris, yang mempelajari evolusi hewan pengerat.
Advertisement
Tikus Afrika dan Filipina
Tikus Gambia
Pembahasan soal hewan pengerat berukuran luar biasa pastinya akan menyebut Capybara dari Amerika Selatan, tapi secara kekerabatan, capybara lebih dekat ke Guinea pig daripada tikus. Untuk menghindari kekeliruan, famili yang harus kita soroti adalah Muridae, atau dikenal juga sebagai tikus dan hewan pengerat dari masa lalu.
Salah satu yang terpanjang adalah tikus berkantung Gambia, yang panjangnya bisa mencapai hampir 90 cm dari hidung sampai ujung ekor dan beratnya mencapai 1,4 kg. Ukurannya itulah yang membuat tikus ini populer sebagai hewan peliharaan, tiga kali lebih berat daripada tikus biasa yang sering menjadi hewan peliharaan--yang biasanya adalah tikus cokelat yang dijinakkan.
Selain memunculkan mitos tentang tikus raksasa di selokan, tikus berkantong Gambia yang lepas dari kandang peliharaan juga menimbulkan kekhawatiran di Florida Keys, tempat di mana mereka disebut spesies yang mendominasi. Mereka juga dikaitkan dengan penyebaran cacar monyet di Amerika Serikat pada 2003.
Meski begitu, di Afrika, tikus berkantong ini memiliki pengagum. Organisasi non-pemerintahan Apopo tengah merintis upaya untuk memaksimalkan penggunaan kecerdasan dan daya penciuman tajam tikus tersebut. Tikus berkantong Gambia disebut tikus pahlawan, karena jika dilatih secara khusus, tikus ini bisa mendeteksi ranjau darat dan bahkan TBC.
"Meski sebagian besar tikus memenuhi syarat kecerdasan dan sensitivitas penciuman, kami memilih tikus raksasa berkantong Afrika karena masa hidup mereka yang panjang dan adaptasinya terhadap situasi di Afrika," kata Abdulllah Mchomvu, manajer pelatihan untuk tikus pendeteksi ranjau darat di Tanzania.
"Mereka memiliki penciuman yang sensitif dan bisa dilatih untuk mendeteksi target penciuman tertentu. Dan pada tikus-tikus pendeteksi ranjau darat yang saya latih, mereka tidak terlalu berat sehingga tak akan memicu bom tapi ukuran mereka tak terlalu kecil dan mudah dilatih."
Untuk menemukan spesies yang bisa melebihi ukuran tikus Gambia, kita harus melihat ke Asia: terutama di pulau-pulau di mana keseimbangan ekologi memungkinkan variasi ukuran yang luar biasa.
Tikus Filipina
Di Filipina, ada sekelompok hewan pengerat yang dikenal dengan tikus awan raksasa, karena hidup di atas pohon. Dari kelompok ini, tikus awan raksasa dari Luzon Utara (Phloeomys pallidus) adalah yang terbesar karena panjangnya mencapai 75 cm, dan beratnya mencapai 2,6 kg.
Yang juga sama besarnya adalah tikus berbulu raksasa dari New Guinea, Mallomys. Satu spesies, yang ditemukan di gunung api yang sudah mati pada 2009 dan dikenal sebagai tikus berbulu Bosavi, panjangnya mencapai 82 cm dan beratnya 1,5 kg.
Sejak menemukan raksasa ini, Kristofer M Helgen dari Smithsonian Institution sudah sibuk mengevaluasi tikus raksasa berbulu ini. "Spesies tikus terbesar mungkin adalah Mallomys gunung, yang hidup di permukaan tanah yang sangat tinggi di pegunungan di barat Nugini, dan beratnya mencapai 2 kilo atau lebih," katanya.
Temuan terbaru dari pulau tikus raksasa adalah yang paling mengagumkan. Pada 2015, Julien Louys dan koleganya dari Australian National University mendapat temuan terpenting dari tikus terbesar yang pernah ada. Raksasa ini ditemukan di Timor, Indonesia, dan disebut besarnya seukuran anjing. Tapi tikus ini tak lagi hidup: hanya sisa fosilnya saja yang ditemukan.
Peneliti mengidentifikasi tujuh spesies tikus raksasa yang sudah punah, yang terkecil beratnya diperkirakan 1,5 kg dan yang terbesar 5kg -- sama seperti dachsund miniatur.
Tulang-tulangnya ditemukan oleh arkeolog yang tengah menelusuri aktivitas manusia di pulau tersebut. Penghuni pulau tersebut tampaknya suka makan tikus, karena tulangnya terlihat gosong dan digerogoti. Namun menurut Louys, meski diburu, tikus hidup berdampingan dengan manusia selama 40.000 tahun.
Dia mengaitkan kepunahan tikus dengan munculnya peralatan logam, sehingga mengindikasikan bahwa hutan yang menjadi habitat tikus-tikus ini ditebangi oleh manusia yang mengeksploitasi kayu cendana yang terkenal di kawasan tersebut.
Jika benar, ini adalah sebuah peringatan. Banyak dari tikus raksasa yang tersisa rentan terhadap ancaman kerusakan habitat.
Ternyata bukan penghuni kota yang dirugikan oleh tikus raksasa, justru pembangunan manusialah yang mengancam legenda hidup ini.