Gara-gara Cinta, Pria Ini Dianggap Pengkhianat dan 'Teroris'

Mohammad Javed, tidak pernah membayangkan bahwa cintanya kepada seorang gadis Pakistan akan membuatnya dituduh sebagai seorang teroris.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 22 Apr 2016, 11:58 WIB
Mohammad Javed, tidak pernah membayangkan bahwa cintanya kepada seorang gadis Pakistan akan membuatnya dituduh sebagai seorang teroris (BBC.com).

Liputan6.com, New Delhi - Cinta merupakan anugerah yang diberikan oleh Yang Kuasa kepada umatnya, agar mereka bisa saling mengasihi satu sama lain. Namun, rasa itu tidak selalu berujung bahagia.

Ada beberapa kisah cinta yang malah berujung menjadi sebuah bencana. Seperti kisah cinta seorang pria berumur 33 tahun asal New Delhi, India, yang berujung pada penyiksaan, tuduhan, dan akhirnya harus merelakan gadis pujaannya.

Dikutip dari BBC, Rabu (02/4/2016), pria bernama Mohammad Javed ini bahkan harus mendekam selama 11 tahun 6 bulan di penjara. Karena cinta yang dimilikinya pada seorang gadis bernama Mobina asal Islamabad, Pakistan. 

Pengalaman pahit yang harus dijalani oleh laki-laki yang tumbuh besar di kota Rampur, utara India, berawal dari pertemuannya dengan Mobina di Karachi, Islamabad, Pakistan, pada tahun 1999, saat ia sedang berkunjung menemani sang ibu ke kota itu untuk menemui pamannya.


Cinta hingga Penyiksaan

Cinta pun Bersemi

Cinta pada pandangan pertama, demikian yang dirasakan oleh Javed kepada Mobina saat itu. Setelah sebulan berhubungan dengan Mobina, Javed pun akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada sang pujaan hati. Lalu mereka mulai menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

Cinta pun semakin bersemi dan semakin dalam pada bulan ke tiga pertemuan Javed dan Mobina di Karachi, Islamabad. Mereka selalu bertemu setiap pagi di luar gerbang kampus tempat Mobina menempuh pendidikan.

"Kami suka menghabiskan waktu bersama di taman Sipari," katanya.

Setelah kembali ke Mumbai, Javed yang berprofesi sebagai mekanik tv menghabiskan semua gaji yang diterima untuk menghubungi kekasih hatinya yang kerap dipanggilnya Gudiya atau boneka (doll).

Dilema Harus Tinggal di mana?

Surat-surat dari Mobina yang masih disimpan oleh Javed (BBC.com)

Setahun menjalin hubungan, segala sesuatunya tampak lancar-lancar saja. Hingga pada suatu hari timbul dilema siapa yang akan mengalah dan berpindah negara.

Orangtua Mobina menginginkan Javed pindah ke Islamabad, sedangkan orangtua Javed menginginkan Mobina pindah ke India.

Javed pun kembali mengunjungi Mobina, dan kali itu ia menetap di Islamabad selama dua bulan untuk berdiskusi dengan gadis pujaanya mengenai dilema yang sedang mereka hadapi.

Dua bulan berlalu, Javed kemudian kembali ke New Delhi setelah Mobina mengatakan ia akan meyakinkan orangtuanya.

"Pada saat itu aku tidak tahu, aku tidak akan bertemu lagi dengannya," kata Javed lirih.

Saat itu, Javed muda belum menyadari bahwa bencana besar sudah menantinya di New Delhi. Selama dua tahun lamanya, Javed muda selalu menghubungi dan bertukar surat dengan kekasih yang ia cintai.

Surat curahan hati Mobina ditulis dalam bahasa Urdu, jadi Javed meminta temannya, Maqsood dan Taj Mohammad, untuk membantunya membaca dan membalas surat-surat tersebut karena dia tidak bisa baca tulis Urdu.

Penculikan dan Penyiksaan

Ayah Javed yang menyesali masa muda anaknya yang terbuang sia-sia (BBC.com).

10 Agustus 2002 merupakan hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh Javed. Pada hari itu, semuanya berubah seketika.

Javed yang saat itu sedang bekerja seperti biasa, didatangi oleh seorang laki-laki yang memintanya untuk memperbaiki tv di rumahnya.

"Aku mengatakan pada laki-laki itu aku tidak mendatangi rumah-rumah. Namun dia terlihat putus asa, dan aku setuju untuk ikut bersamanya," kata Javed.

Setelah berjalan beberapa meter dari toko tempatnya bekerja, sebuah mobil mendekat dan Javed dipaksa untuk masuk ke dalam mobil.

Javed mengatakan awalnya ia menduga orang-orang itu adalah penjahat, namun ia menyadari dari pembicaraan mereka bahwa orang-orang itu ternyata polisi.

Setelah menutup mata Javed, para polisi itu lalu membawanya ke suatu tempat di mana penyiksaan dan cobaan terberat dalam hidupnya dimulai.

"Mereka memukuliku habis-habisan selama tiga hari," jelas dia.


Teroris hingga Kebijaksanaan

Teroris Menakutkan

Ternyata penyiksaan tanpa sebab yang dirasakannya selama tiga hari tersebut bukanlah akhir dari nasib malangnya. Javed kemudian dituduh telah memberikan informasi rahasia Kementerian Luar Negeri dan Pertahanan India kepada Badan Intelijen terbesar di Islamabad, ISI.

Ketiga teman Javed, Maqsood, Taj Mohammad and Mumtaz Mian, juga tidak luput dari tuduhan dan dinyatakan bersalah karena telah membantu Javed menerjemahkan dan menuliskan pesan rahasia untuk badan intelijen tersebut.

Pemerintah menyatakan, dua kunjungan Javed ke Islamabad pada tahun 1999 dan tahun 2000, adalah untuk menemui koneksi ISI yang menjadi atasannya dan melaporkan semua informasi yang telah didapatkannya.

Bahkan panggilan telepon kepada kekasih hatinya yang berada di Islamabad pun dinyatakan sebagai laporan informasi rahasia kepada badan intelijen, ISI.

Setelah melalui proses persidangan yang panjang dan menjadi olok-olokan media, yang mengatakan mereka adalah teroris yang menakutkan, enam minggu kemudian Javed dan ketiga temannya menjadi tersangka tindakan terorisme dan dinyatakan bersalah.

Putusan tersebut didasari oleh pasal-pasal yang tertulis dalam hukum tindakan terorisme yang ditetapkan oleh Badan Penanggulangan Teroris India (Pota).

"Kami tidak bisa mendapatkan jaminan, jika kami dinyatakan bersalah, kami bisa dihukum mati," kata Javed.

Javed kemudian divonis hukuman penjara yang sangat lama dan tanpa tahu alasan yang pasti. Ia kemudian diasingkan dan dipenjarakan di tempat yang berbeda dari ke tiga temannya, yang mendapatkan hukuman lebih ringan.

"Orang-orang di penjara mengatakan karena konflik Kargil, setiap Muslim yang mengunjungi Islamabad setelah perselisihan tersebut akan dicurigai sebagai mata-mata," kata Javed.

Seorang juru bicara kampanye kelompok Rihai Manch juga mengatakan, pada waktu itu memang banyak Muslim yang dipenjarakan di India karena kasus yang berkaitan.

Cinta Membuatku Bijaksana

Ibu Javed menyesal telah membawa anaknya ke Islamabad (BBC.com).

Hari-hari itu juga merupakan yang terberat bagi kedua orangtua Javed. Ibu laki-laki malang itu, Afsan Begum, menyalahkan dirinya karena telah membawa anaknya ke Pakistan.

Ayahnya bahkan menjual semua tanah, perhiasan, dan meminjam uang dalam jumlah yang banyak untuk menyewa pengacara agar anaknya bisa bebas dari tuduhan tersebut. Namun itu semua sia-sia.

"Hal terberat yang harus dirasakan saat berada dalam penjara adalah terpisah dari orang-orang yang aku cintai," kata Javed lirih.

Javed kemudian kehilangan ketiga sahabatnya saat berada di penjara. Mereka menyalahkan laki-laki malang itu karena telah menjual nama mereka kepada polisi.

Javed menghabiskan masa hukumannya di dalam penjara dengan mengenang Mobina, kekasih hati tercinta. Sering kali ia juga menceritakan kelucuan masa-masa indah yang pernah dilaluinya bersama sang kekasih kepada teman-teman di penjara, agar kenangan bersama wanita yang dicintai tidak hilang dari ingatan.

Aku Masih Mencintainya

Javed menata kembali hidupnya (BBC.com).

Akhirnya, setelah menghabiskan masa mudanya di bui selama 11 tahun 6 bulan, pada 19 Januari 2014, Javed kembali menikmati kebebasan yang pernah direnggut dari hidupnya. Sehari setelah hakim memutuskan bahwa bukti-bukti yang ada tidak kuat dan membebaskannya dari segala tuduhan.

"Aku tidak percaya aku telah bebas, tapi seluruh masa mudaku telah direnggut," katanya.

Dua tahun berlalu sejak pria yang kini berumur 33 tahun itu bisa kembali menghirup udara segar. Javed kembali mencoba untuk mengatur hidupnya sedikit demi sedikit di sebuah toko yang terletak tak jauh dari tempatnya dulu bekerja sebagai mekanik tv.

Saat ditanya apakah ia masih berhubungan dengan Mobina, Javed hanya menjawab dengan lirih, ia bahkan tak tahu apakah gadis yang ia cintai, masih mengingatnya.

"Mungkin saja dia sudah menikah. Tapi dia akan tetap berada di dalam hatiku," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya