Ini Bocoran Asumsi Makro Ekonomi pada 2017

Pemerintah masih mewaspadai rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat pada Juni 2016.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 20 Apr 2016, 16:38 WIB
Siluet tiang konstruksi pembangunan gedung bertingkat terlihat di Jakarta Pusat, Senin (19/10/2015). Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2015 sebesar 4,85 persen. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menyusun asumsi makro ekonomi Indonesia pada 2017 sebagai dasar penetapan pagu indikatif anggaran Kementerian/Lembaga (K/L). Ada optimisme pemerintah terhadap beberapa indikator makro, kecuali kurs rupiah, serta lifting minyak dan gas bumi.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Mardiasmo, pemerintah harus memperhatikan kondisi ekonomi dunia untuk menetapkan asumsi dasar makro pada tahun depan.

Salah satunya menyoroti gambaran ekonomi Amerika Serikat yang semakin membaik ketika perekonomian Jepang dan China yang diramalkan masih melemah pada 2017.

"Kita juga perlu waspada terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed pada Juni 2016, serta waspada adanya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan dari utang sehingga berpotensi memicu bubble. Harga komoditas juga masih akan mengalami penurunan," kata dia di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (20/6/2016).

 

Beruntung, Mardiasmo mengatakan, fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat dengan prediksi pertumbuhan ekonomi positif, tingkat inflasi terkendali, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terjaga.

Realisasi kurs rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) relatif stabil sehingga ini menjadi dasar pemerintah memperkirakan asumsi dasar 2017.

"Kita harapkan 2017 menjadi momentum mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan semakin adil serta berkualitas. Makanya defisit anggaran kita jaga 2,3 persen dari PDB. Kalaupun naik sampai 2,6 persen," ujar Mardiasmo.   


Asumsi Makro Ekonomi 2017

Berikut asumsi makro ekonomi Indonesia di 2017 :
- Pertumbuhan ekonomi : 5,5 persen-5,9 persen
- Inflasi : 3 persen-5 persen
- Kurs Rupiah : Rp 13.700-Rp 14.200 per dolar AS
- SPN 3 bulan : 5,5 persen-6,5 persen
- Indonesian Crude Price (ICP) : US$ 35-US$ 45 per barel
- Lifting minyak bumi : 740 ribu-750 ribu barel per hari
- Lifting gas bumi : 1.050 ribu-1.150 ribu barel setara minyak per hari.

Sebagai perbandingan, asumsi makro ekonomi Indonesia dalam APBN 2016 :
- Pertumbuhan ekonomi : 5,3 persen
- Inflasi : 4,7 persen
- Kurs Rupiah : Rp 13.900 per dolar AS
- SPN 3 bulan : 5,5 persen
- ICP : US$ 50 per barel
- Lifting minyak bumi : 830 ribu barel per hari
- Lifting gas bumi : 1.155 ribu barel setara minyak per hari

"Asumsi ICP tertahan karena harga minyak dunia cenderung turun, sehingga tidak ada kenaikan," ujar Mardiasmo.

Dari sisi belanja negara, Mardiasmo mengimbau perlu ada sinergi antara APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017.

Anggaran negara harus mendukung pembangunan di bidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan prioritas lainnya.

Efisiensi belanja, Ia menambahkan diharapkan berasal dari belanja operasional terutama pada belanja barang, seperti perjalanan dinas, konsinyering. Kementerian/Lembaga (K/L) juga harus menghemat anggaran belanja modal yang sifatnya non infrastruktur.

"Presiden sudah moratorium pembangunan gedung kantor, dan diarahkan untuk belanja modal yang produktif dan berdampak langsung ke masyarakat," ujar Mardiasmo.

Langkah refomasi fiskal lainnya, Mardiasmo bilang, pada pos anggaran subsidi pupuk dan subsidi listrik setelah subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dicabut dan subsidi Solar dikurangi. "Kita juga akan mengoptimalisasi dana desa," tegas Mardiasmo.(Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya