Liputan6.com, Semarang - Daffa Farros Oktoviarto berani menegakkan aturan dengan menghadang puluhan sepeda motor yang memanfaatkan trotoar untuk berjalan.
Keberanian bocah berusia 9 tahun itu memperoleh apresiasi dari pihak sekolah, Satlantas Polrestabes Semarang maupun Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah.
Advertisement
Berita tentang bocah penghadang motor di trotoar ini berhasil menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional hingga Rabu (20/4/2016) malam ini.
Dua berita lainnya yang juga paling banyak diburu adalah seorang waria yang menyamar jadi polwan dan masuk ke markas tentara. Berita lainnya tentang jutaan ikan mati mendadak Sungai Amaima, Timika.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Bocah Penghadang Motor di Trotoar Ogah Jadi Polisi
Daffa Farros Oktoviarto, bocah sembilan tahun si penghadang sepeda motor yang melintas di trotoar, ternyata tak bercita-cita menjadi polisi. Padahal, aksi heroiknya menegakkan aturan dengan melintangkan sepeda pada pengendara motor nakal itu sangat lekat dengan tugas polisi.
Ternyata, aksi Daffa mendapat respons dari sejumlah kepala daerah. Bukan hanya Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, namun Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga selalu update dengan pemberitaan aksi Daffa.
Dalam akun Twitter-nya @ganjarpranowo, Ganjar menulis singkat.
"Kereeeen!" kata Ganjar.
2. Nyamar Jadi Polwan, Waria Ditangkap di Markas Tentara
Seorang transgender mengaku sebagai Polwan Polda Maluku Utara ditangkap Satuan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Ternate. Dia nekat menyamar dan masuk ke markas tentara.
Waria tersebut bernama FF (22), seorang mahasiswa sebuah kampus swasta di Maluku Utara.
Dia menyaru sebagai Brigadir Dua F Nurhani Alwy, seorang polwan mutasi dari Jawa dan berdinas di Polda Maluku Utara.
3. Jutaan Ikan Mati di Timika, Pernyataan Freeport Dipertanyakan
PT Freeport Indonesia sudah memberikan penjelasan terkait matinya jutaan ikan di Sungai Amaima, kawasan tanggul barat area perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu. Namun, pernyataan itu dipertanyakan lembaga lingkungan hidup Greenpeace Papua.
Sehari sebelumnya, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua menurunkan tim peneliti untuk mengambil sampel air sungai dan ikan yang mati.
Menurut Mote, ada tiga kemungkinan penyebab kematian mendadak jutaan ikan mendadak, yakni menipisnya oksigen, kekurangan plankton sebagai sumber makanan dan dugaan pencemaran karena limbah Freeport.