Inspirasi Kartini Lurah Termuda di Tanjung Barat

Debby, wanita cantik berusia 27 tahun itu dilantik Ahok sebagai lurah Tanjung Barat pada Jumat 8 Januari 2016.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 21 Apr 2016, 07:00 WIB
Lurah ‎Tanjung Barat Debby Novita Andriani. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Cantik dan muda. Mungkin itu yang tergambar dari sosok Debby Novita Andriani. Namun di usianya yang terbilang muda yakni 27 tahun, Debby sudah memiliki beban tanggung jawab melebihi perempuan sebayanya.

Kinerjanya yang bagus membuat Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kepincut dengan Debby. Perempuan asli Betawi itu pun dilantik menjadi Lurah ‎Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan bersama ratusan pegawai lainnya di Balai Kota DKI pada Jumat 8 Januari 2016.

"Usai lulus di STPDN (Sekolah Tinggi Pegawai Dalam Negeri) 2009 lalu, sebenarnya saya tidak pernah terpikir bakal menjadi lurah,"‎ ujar Debby membuka percakapan dengan Liputan6.com di Kantor Kelurahan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (20/4/2016).

 

Aturanlah yang menuntut Debby ‎menjadi seperti saat ini. Debby sadar dengan masuk ke STPDN berarti dirinya kelak harus bersedia mengabdikan diri kepada masyarakat dan mau ditempatkan di mana saja. Kariernya dimulai dengan menjadi staf di Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

"2011 menjadi Kasie Ekonomi di Kelurahan Karet Semanggi, kemudian kembali ke Kelurahan Lenteng Agung. 2013 Jadi Sekretaris Kelurahan (Sekel) Pengadegan, 2015 ‎Sekel Lenteng Agung, dan sekarang 2016 jadi lurah," tutur dia.

Istri dari ‎Aditya Pratama Yudha Saputra ini menjelaskan, saat itu seluruh sekel di wilayah DKI diwajibkan mengikuti seleksi lelang lurah. Bersama ratusan sekel di DKI, Debby mengikuti sejumlah tes hingga akhirnya terpilih menjadi Lurah Tanjung Barat.

Namun dia menolak jika penunjukan dirinya sebagai lura‎h karena masih muda dan memiliki paras cantik. Menurut dia, seorang pemimpin tidak mungkin menempatkan anak buahnya di posisi strategis tanpa melihat track record dan capaian kerjanya.

"Saya rasa bukan semata Pak Ahok menunjuk dan memilih saya sebagai lurah karena tidak ada penilaian sebelumnya. Ini merupakan hasil penilaian lelang di mana mungkin hasil yang saya capai itu memenuhi kriteria untuk diberikan amanah jadi lurah. Jadi penilaiannya tidak subjektif," terang Debby.


Didukung Keluarga

Lurah ‎Tanjung Barat Debby Novita Andriani. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Amanahnya sebagai lurah termuda di DKI mendapat dukungan positif dari keluarganya. Terlebih, ibu 1 anak ini juga terlahir dari lingkungan pegawai negeri sipil (PNS) yang sudah terbiasa menjadi abdi masyarakat.

"Alhamdulillah ‎keluarga mendukung. Dulu ayah saya juga PNS, suami juga PNS dan sebelumnya juga dia di kelurahan. Jadi suami sudah tahu gambaran menjadi lurah itu seperti apa, pekerjaan, kegiatan, dan beban tanggungjawabnya," ucap Debby.

Meski memimpin para pegawai yang rata-rata usianya di atas dirinya, Debby mengaku tak ada kecanggungan atau kendala berarti selama menjabat sebagai lurah. Dia telah memiliki modal selama 5 tahun mengabdi di tingkat kelurahan untuk beradaptasi.

"Kita jalanin aja tugas yang diemban, dan membangun komunikasi dengan masyarakat dan bawahan. Jadi sejauh ini nggak ada kendala. Kami semuanya bekerja profesional," tandas dia.

Peran Ibu

Kesibukannya di pemerintahan bukan berarti Debby abai dengan kewajibannya sebagai seorang istri sekaligus ibu. Dia dituntut pintar membagi waktu untuk melayani warga sekampung dan juga keluarga kecilnya yang ada di rumah.

‎"Kalau saya ya sebisa mungkin pekerjaan terselesaikan, anak juga nggak dilupain," ucap Debby.

Debby memiliki jurus tersendiri dalam mengurus urusan rumah tangganya. Selain dibantu seorang baby sitter, perempuan kelahiran 14 November 1988 itu juga memperuntukkan hari Sabtu khusus buat keluarga.

"‎Kalau hari Minggu itu nggak mungkin, karena kami di wilayah itu ada banyak kegiatan, seperti kerja bakti bersama masyarakat," kata dia.

Selama di rumah, Debby tidak hanya sibuk mengurus suami dan anaknya. Putri sulung dari 4 bersaudara ini juga harus mengurus sang ibu yang usianya mulai menua. Sementara sang ayah, lebih dulu telah meninggal dunia.


Semangat Kartini

Lurah ‎Tanjung Barat Debby Novita Andriani. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Sebagai perempuan muda, ia ingin melanjutkan semangat perjuangan ‎RA Kartini dengan memiliki kontribusi positif bagi lingkungan dan keluarga. Meski harus pergi pagi, pulang malam, Debby tetap berusaha memiliki peran maksimal sebagai seorang ibu bagi anaknya yang masih berusia 1,7 tahun.

Sehari-hari Debby berangkat kerja pada pukul 06.15 WIB dan pulang pada 19.30 WIB. Tak jarang dia terpaksa pulang sedikit larut karena pekerjaan di kantor menumpuk. Meski begitu, ia tetap berusaha agar anaknya bisa tidur bersama dirinya.

‎"Sebisa mungkin anak itu tetap tidur bersama saya. Jadi dia masih merasakan sentuhan, mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Alhamdulillah anak nggak rewel, mungkin dia tahu ibunya sibuk kerja," tutur Debby.

"Kadang pas pulang anak masih main. Di situ saya harus ikut menemani dia bermain juga, cerita-cerita aktivitas dia sehari. Jadi setiap hari saya masih bisa pantau perkembangannya," sambung dia.

Debby mengaku tak pandai dengan urusan dapur. Namun perempuan yang memiliki hobi kuliner dan traveling ini ‎tetap berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi keluarganya.

"‎Saya kurang bisa masak. Mungkin karena kesibukan kali ya, kesulitan membagi waktu. Tapi semisal pas hari libur suami minta dimasakin apa ya saya baru masak. Tapi kalau nggak ya lebih banyak jajan keluar," ujar Debby.

Bagi sebagian besar orang di sekitarnya, Debby dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas dan mandiri. Setiap ke kantor, dia selalu mengemudikan mobilnya sendiri. Sesekali dia datang mengendarai sepeda motor.

"‎Orangnya tegas meski masih muda. Dia juga ramah," ucap salah satu pegawai harian lepas di lingkungan Kelurahan Tanjung Barat yang enggan disebut namanya.

Semangat Kartini

Lurah ‎Tanjung Barat Debby Novita Andriani. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

‎Semangat kerja Debby terinspirasi dari kegigihan RA Kartini. Ia juga sangat bersyukur hidup di zaman pemerintahan yang sangat menjunjung tinggi emansipasi wanita. Baginya, saat ini Indonesia sudah sangat maju dalam menghargai hak-hak perempuan.

‎"Saya rasa semenjak emansipasi wanita dengan tidak ada perbedaan gender itu sudah merupakan suatu perubahan yang sangat bagus, di mana masyarakat sudah terbuka pikirannya bahwa tidak ada perbedaan laki dan wanita dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab. Kalau dulu kan, 'kok cewek sih yang mimpin'," kata Debby.

Kendati, ia tetap berharap agar pemerintah terus meningkatkan perhatiannya kepada kaum perempuan. Selain itu, Debby juga meminta agar pemerintah lebih serius memberikan perlindungan kepada perempuan yang kerap mengalami berbagai bentuk kekerasan.

Lebih dari itu, Debby ‎juga mengajak kepada seluruh perempuan di Indonesia untuk terus berkarya dan tidak takut untuk berubah selama itu positif. Perubahan itu, kata dia, juga harus diiringi dengan sikap Ketimuran, yakni sopan, santun, beretika, dan tidak meninggalkan norma agama.

"Jangan pernah takut melakukan perubahan tatkala perubahan. Kita harus menjadi wanita yang mandiri untuk diri sendiri maupun secara finansial. Dan kita juga harus bisa memiliki kontribusi positif baik untuk lingkungan, diri sendiri, dan keluarga,"‎ ujar Debby.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya