Liputan6.com, New York - Harga emas berjuang untuk terus berada di zona hijau pada perdagangan Rabu. Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan aksi ambil untung membebani gerak emas.
Mengutip Wall Street Journal, Kamis (21/4/2016), harga emas untuk pengiriman Juni bergerak mendatar di kisaran US$ 1.254,40 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Sepanjang perdagangan Rabu, harga emas bergerak di dua zona yaitu positif dan negatif. Harga emas sempat menyentuh level tertinggi di US$ 1.258,10 per troy ounce.
Baca Juga
Advertisement
The Wall Street Journal Dollar Index yang merupakan indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap 16 mata uang lain naik 0,2 persen ke 85,85. Penguatan dolar AS memang memberikan tekanan kepada harga emas karena keuntungan para pelaku pasar yang bertransaksi dengan mata uang lainnya menjadi berkurang jika dolar AS menguat.
Senior Market Atrategist RJO Futures Bob Haberkorn menjelaskan, nilai tukar dolar AS terus menjadi perhatian pelaku pasar. "Hal tersebut membuat orang dengan mudah keluar atau masuk ke investasi emas," tutur dia.
Harga emas telah menguat 18 persen sepanjang tahun ini. Penguatan harga emas terjadi karena investor mencari instrumen save haven di saat perekonomian global sedang tidak menentu. Emas menjadi pilihan karena harga yang stabil dan cenderung menguat.
Selain ekonomi yang belum cukup membaik, langkah Bank Sentral AS untuk berhati-hati menaikkan suku bunga juga menjadi pendorong penguatan harga emas.
Saat ini, pelaku pasar sedang menunggu Bank Sentral Eropa yang akan menggelar rapat. Hasil keputusan dari Bank Sentral Eropa akan sangat mempengaruhi harga emas ke depannya. (Gdn/Zul)