Liputan6.com, Surabaya - Mengikuti jejak kota berkembang lainnya yang menghadirkan pusat perbelanjaan bagi warga, Banyuwangi kini memiliki Banyuwangi Mall. Tapi, mal yang satu ini tidak hadir secara fisik melainkan eksis di dunia maya dengan alamat www.banyuwangi-mall.com.
Banyuwangi Mall merupakan situs belanja yang khusus menawarkan produk-produk pelaku UMKM Banyuwangi. Peluncuran digital market place itu dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Banyuwangi dan diresmikan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno.
"Saya sangat mengapresiasi terbentuknya Banyuwangi Mall. Dengan terwujudnya situs belanja online ini yang hasil sinergi antara BUMN dengan daerah, saya harapkan bisa meningkatkan pengembangan UMKM," tutur Menteri Rini dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Humas Pemkab Banyuwangi, Rabu, 20 April 2016.
Rini berharap upaya pemda untuk memasarkan produk UMKM secara lebih luas ini bisa meningkatkan kesejahteraan warga.
"Semakin banyak produk terjual, tentunya sangat bagus. Apalagi sektor yang digarap adalah produk para pelaku usaha kecil, tentunya ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan," kata Rini.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan Banyuwangi Mall dirancang untuk menjembatani antara produsen dan konsumen agar mereka bisa bertransaksi secara langsung tanpa perantara.
"UMKM Banyuwangi diyakini bisa mendapatkan jangkauan pasar yang lebih luas dengan digital market place ini," ucap Anas.
Anas mengatakan pemasaran berbasis online kini menjadi kebutuhan wajib untuk mendongkrak daya saing UMKM. Hal itu didasarkan pada jumlah pengguna internet di Indonesia, khususnya, yang terus meningkat.
"Jumlah pengguna pengguna internet (netizen) di Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta," sebut Anas.
Anas menjelaskan tren belanja melalui internet juga terus meningkat. Berdasarkan riset Brand & Marketing Research (BMI), diperkirakan 24 persen pengguna internet di Indonesia adalah penyuka belanja online. Rata-rata pengeluaran mereka dalam berbelanja online setiap tahunnya mencapai Rp 825.000.
"Tahun 2014 nilai transaksi belanja online di Indonesia Rp 21 triliun, dan tahun 2015 lalu diprediksi naik dua kali lipat hingga hampir Rp 50 triliun. Data lain dari Euromonitor menyebutkan, nilai belanja online di Indonesia mencapai hampir Rp 15 triliun," ucap Anas.
Seleksi Ketat
Bupati Anas juga memaparkan bahwa pada tahap awal ini telah dipilih 28 pelaku UMKM Banyuwangi yang berhasil memenuhi standar kualifikasi tertentu untuk dipasarkan di Banyuwangi Mall. Dari jumlah UMKM itu, ada 165 item produk yang telah diunggah dan ditargetkan 3.000 UMKM Banyuwangi masuk di situs belanja ini.
"Produk yang ditawarkan lewat market place ini antara lain paket tur wisata, produk perikanan dan olahannya. Selain itu, juga ada produk pertanian dan olahannya, serta beragam kerajinan khas Banyuwangi," ujar Bupati Anas.
Salah seorang pelaku usaha kecil, Anita Yuni yang selama ini menekuni pembuatan aksesori wanita dan produknya turut dipasarkan dalam Banyuwangi Mall itu mengatakan keberadaan situs itu sangat membantu memasarkan produk-produknya.
"Setahu saya tidak ada daerah yang turun langsung membantu memasarkan dengan cara yang kekinian seperti ini," ujar Anita yang mengusung brand Hijabox.
Anita optimistis produknya lebih cepat dikenal dengan cara pemasaran model online ini. "Target saya setelah sukses menjual aksesoris ini, dalam waktu dekat akan segera memasarkan baju rancangannya lewat situs ini juga," ucap Anita.
Banyuwangi Mall digagas Pemkab Banyuwangi dengan menggandeng PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Banyuwangi menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang memfasilitasi penjualan produk UMKM-nya melalui platform digital market place terintegrasi.
Pemkab Banyuwangi juga memfasilitasi pembentukan "Rumah Kreatif" yang berada di Jalan Ahmad Yani sebagai pusat operasional Banyuwangi Mall. Di gedung ini, terdapat beragam aktivitas mulai dari administrasi, penanganan order, pengiriman barang, hingga kegiatan kreatif seperti pemotretan produk dan desain grafis UMKM dilakukan.
UMKM yang akan masuk ke digital market place akan digodok di Rumah Kreatif ini. Pengelola akan memeriksa mutu dan kemasan produk. Jika belum memenuhi syarat, misalnya perlu uji laboratorium keamanan pangan, pengusaha akan diarahkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mendapatkan fasilitas uji laboratorium gratis.
Advertisement