Liputan6.com, Bandung - Bosan belajar dengan cara biasa-biasa saja? Cobalah datang ke Museum Mata Rumah Sakit Cicendo yang berada di Jalan Cicendo No 4, Bandung, Jawa Barat. Di museum itu terdapat ratusan alat pemeriksaan mata buatan abad 19 hingga abad 21, selain petunjuk tentang kesehatan mata.
Koleksi alat medis pemeriksaan mata tersebut merupakan piranti yang digunakan rumah sakit mata rujukan nasional tersebut sejak didirikan pertama kali. Ada alat yang disebut trial lens buatan 1843. Alat itu terdiri dari lensa sferis, silindris dan lensa aksesoris yang digunakan untuk mengukur ketajaman mata.
Ada pula perimetri sederhana buatan 1869 yang berfungsi mempertahankan jarak pandang yang konstan. Selain itu, ada mesin faemulsifikasi buatan 1960 yang digunakan untuk menghancurkan lensa mata yang telah mengalami katarak.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Direktur Medis Rumah Sakit Mata Cicendo Iwan Sovani, museum didirikan guna mendokumentasikan perkembangan teknologi alat pemeriksaan mata, khususnya di Kota Bandung.
"Jadi mulai dari alat-alat untuk periksa kaca mata, alat periksa mata dan alat-alat foto mata, semuanya ada di situ. Kita kumpulkan dari para dokter senior. Ada juga dari luar kota, seperti Jakarta dan
Yogyakarta," ujar Iwan di Bandung, Selasa, 19 April 2016.
Iwan mengungkapkan proses pengumpulan koleksi museum dimulai sejak tahun 2009, khususnya setelah peringatan seabad RS Mata Cicendo berdiri. Ia mengaku sempat kesulitan dalam proses pengumpulan koleksi karena sebagian besar piranti itu dimiliki kolektor benda antik.
Akhirnya, museum mata diresmikan pada 2015 lalu. Museum itu dibuka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Bagi yang berminat mempelajari tentang kesehatan mata dan ilmu medisnya, pengunjung diminta untuk mengajukan permintaan kunjungan.
"Adanya museum mata diharapkan dapat mendokumentasikan sejarah perkembangan terkait kesehatan mata pertama di Indonesia," kata Iwan.
Tips Merawat Mata
Dalam kesempatan itu, Iwan berbagi tips merawat mata sederhana. Cara termudah adalah melakukan kegiatan melihat jarak jauh sekitar lima sampai enam meter setiap setengah jam sekali.
Menurut Iwan, kegiatan melihat jarak jauh itu berguna untuk menghindari gangguan otot pada mata akibat terlalu berkonsentrasi terhadap satu titik objek yang dekat. Selain itu, menjaga asupan gizi secara seimbang juga mendukung kesehatan mata.
"Selama lima sampai enam jam itu mata kita beristirahat. Kan aktifitas bekerja menggunakan komputer, melihat handphone dan lain sebagainya membuat mata kita fokus terhadap objek terdekat," tutur Iwan.
Iwan mengatakan, jika mata digunakan terus menerus untuk melihat fokus dekat, akan membuat setiap otot mata lelah, mudah pegal, perih disertai warna kemerahan serta mengakibatkan kepala pusing.
Dia mengatakan, gejala gangguan mata akibat sering melihat fokus jarak dekat dapat meningkatkan risiko kerusakan kesehatan penglihatan, seperti peradangan dan alergi.
"Intinya sederhana dalam merawat mata. Seperti pepatah orang tua suku Sunda dulu, ningali nu hejo-hejo ambeh bengras (lihat yang pemandangan hijau agar penglihatan jelas)," kata dia.