Liputan6.com, Jakarta - Usai dipecat dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Fahri Hamzah berniat menemui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia mengatakan niatnya tersebut saat bertemu dengan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan.
Wakil Ketua Dewan Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menanggapi keinginan kader PKS yang juga Wakil Ketua DPR itu. Menurut dia, adalah hak Fahri ingin bertemu dengan siapa saja.
"Enggak apa-apa, Beliau berhak bertemu dengan siapa saja dan kami doakan semoga beliau bisa diterima Pak SBY sebaik-baiknya," ungkap Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (21/4/2016).
Wakil Ketua MPR ini bercerita dahulu Fraksi Partai Demokrat di DPR sempat setuju merevisi Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan akhirnya menolak karena ada perintah dari Ketua Umum SBY.
"Satu hal yang sangat unik adalah dulu awalnya kan tentang revisi Undang-undang KPK. Semula kawan-kawan di Komisi III dari Demokrat kan mendukung, tapi kemudian Pak Ruhut menyampaikan karena perintah dari Ketua Umum Bapak SBY untuk menolak itu, maka kami semuanya menolak," cerita Hidayat.
"Jadi Pak SBY Berikan contoh bahwa omongan dan permintaan seorang pemimpin ditaati oleh seluruh anggotanya," sambung dia.
Baca Juga
Advertisement
Oleh karena itu, Hidayat menduga hal itulah yang mungkin akan didapat Fahri ketika bertemu Ketua Umum Demokrat tersebut, yaitu gaya kepemimpinan dan kebijakan seorang SBY.
"Itu yang mungkin akan didapat Pak Fahri kalau ketemu SBY, bahwa perintah dari pimpinan dan kebijakan dari pimpinan itu layak untuk ditaati dan saya kira itu satu hal yang berlaku di semua partai-partai dan PKS sedang melakukan hal yang semacam itu," ujar dia.
Sikap Ruhut Sitompul
Pada Rabu 20 April kemarin, juru bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul sempat mempersilakan Fahri mendatangi SBY, tetapi mewanti-wanti bila Fahri ingin masuk ke partainya.
"Kalau dia bergabung ke partai kami, saya akan keluar dari Partai Demokrat. Karena saya yang pasang badan menghadapi dia," kata Ruhut.
Hal itu dikarenakan Ruhut mengenang masa-masa SBY masih menjabat sebagai presiden dan Fahri sangat keras mengkritik pemerintahan SBY, padahal kala itu PKS termasuk dalam koalisi pemerintah.
"Waktu SBY Presiden yang paling keras kritik pemerintah Fahri Hamzah. Bapak meminta saya, sudah Pak Ruhut sabar saja. Kita bekerja saja supaya kita jadi pemenang," papar dia.
Meski ada kenangan tidak mengenakkan itu, Ruhut yakin SBY tetap mau menerima Fahri bila datang. "Silakan saja kalau mau ketemu SBY. SBY negarawan akan menerima curhat siapa pun," tutup Ruhut.