RI Bertekad Kemudahan Bisnis Masuk Peringkat 40 Dunia

Berdasarkan data bank dunia, Indonesia menempati peringkat ke 109 dalam ranking of doing business pada 2016.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Apr 2016, 09:49 WIB
Menteri Perdagangan,Thomas Trikasih Lembong mengikuti Raker dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen,Jakarta, (3/2). Lembong menyebut program revitalisasi sangat penting agar pasar tradisional bisa bersaing dengan pasar modern. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong menegaskan komitmen pemerintah untuk masuk jajaran 40 besar dunia dalam Indeks Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business Index).

Ia menyampaikan tekad itu saat menjadi Panelis dalam Indonesia-Germany Business Forum di Berlin, Jerman.

"Pemerintah Indonesia bertekad menempatkan diri pada 40 besar dalam Ease of Doing Business Index," ujar Thomas dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (22/4/2016).

Dia menjelaskan, berdasarkan data Bank Dunia (World Bank), saat ini Indonesia menempati peringkat ke-109 dalam Ranking of Doing Business pada 2016. Ranking ini mengalami kenaikan sebesar 11 peringkat dari posisi tahun sebelumnya yang hanya menempati peringkat ke-120.

Selain itu, ia menyampaikan kalau pemerintah Indonesia kini lebih terbuka dan kompetitif dalam menjalin hubungan kerja sama bisnis dan dagang dengan negara lain.

"Prinsip pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi adalah keterbukaan dan informasi," tutur dia.

Ia menambahkan, pola hubungan perdagangan internasional juga diharapkan tidak lagi mengandalkan perang tarif dan standarisasi.

"Tinggalkan pola hubungan perdagangan internasional abad 21 yang hanya tentang tarif dan standar. Kini saatnya hubungan perdagangan yang lebih komprehensif," ujar Thomas.

Thomas merupakan salah satu menteri dalam Kabinet Kerja yang turut serta dalam rombongan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke sejumlah negara Uni Eropa, salah satunya Jerman.

Di sela kunjungan, dia melakukan pertemuan bilateral dengan Parliamentary State Secretary of the Federal Ministry of Economy and Energy Republik Federal Jerman, Iris Gleicke.

Pertemuan ini membahas peningkatan kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan Jerman, terutama dalam pembahasan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA)

"Kami menyambut baik kemajuan yang dicapai dalam pembahasan scoping paper IEU CEPA, dan kami juga berkomitmen meningkatkan kerja sama bilateral, misalnya melalui transfer of technology dan investasi pada sektor industri alat-alat berat dan teknologi tinggi," papar Thomas.

Dalam Indonesia-Germany Business Forum, dirinya juga turut menyaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia dengan perusahaan-perusahaan Jerman.

Pada kesempatan itu, Thomas juga menyampaikan, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan 11 Paket Kebijakan Ekonomi. Paket-paket ini bertujuan membuat Indonesia menjadi negara yang lebih menarik bagi investasi asing.

Sebagai informasi, Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada lima tahun terakhir (201-2015) menunjukkan total nilai perdagangan Indonesia-Jerman turun sekitar 2,2 persen per tahun. Neraca Perdagangan Indonesia dengan Jerman juga terus menunjukkan defisit pada periode waktu yang sama.

Pada 2015, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Jerman mencapai US$ 807,87 juta, atau turun sekitar 36,4 persen dibandingkan pada 2014 yang mencapai US$ 1,27 miliar.

Ekspor Indonesia ke Jerman masih didominasi produk alas kaki, minyak sawit, karet alam, dan pakaian/tekstil. Sementara itu, impor Indonesia dari Jerman didominasi produk permesinan, peralatan elektronika, kendaraan bermotor, dan obat-obatan.

Dari sisi penanaman modal asing, nilai realisasi investasi Jerman di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada 2014, nilai investasi Jerman mencapai US$ 50,1 juta dan meningkat menjadi US$ 57,3 juta pada 2015. Investasi Jerman hanya menempati peringkat ke-20 terbesar bagi Indonesia pada 2015. (Dny/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya