Kisah Pemulung Bertahan Hidup dari Aliran Sampah Sungai Filipina

Teresita Gapayao (51) mengais sampah menggunakan rakit yang terbuat dari stereofoam di aliran Sungai Estero de Vitas di Tondo, Manila, Filipina, Kamis (21/4). Teresita mengumpulkan botol plastik atau apapun yang bisa dijual ke junkshops. (Noel CELIS/AFP)

oleh Arny Christika Putri diperbarui 22 Apr 2016, 08:28 WIB
20160422-Kisah Pemulung Bertahan Hidup dari Aliran Sampah Sungai Filipina-Manila
Teresita Gapayao (51) mengais sampah menggunakan rakit yang terbuat dari stereofoam di aliran Sungai Estero de Vitas di Tondo, Manila, Filipina, Kamis (21/4). Teresita mengumpulkan botol plastik atau apapun yang bisa dijual ke junkshops. (Noel CELIS/AFP)
Teresita Gapayao (51) mengais sampah menggunakan rakit yang terbuat dari stereofoam di aliran Sungai Estero de Vitas di Tondo, Manila, Filipina, Kamis (21/4). Teresita mengumpulkan botol plastik atau apapun yang bisa dijual ke junkshops. (Noel CELIS/AFP)
Teresita Gapayao (51) mengais sampah yang masih dapat difungsikan di aliran Sungai Estero de Vitas di Tondo, Manila, Filipina, Kamis (21/4). Teresita sudah 12 tahun menafkahi keluarganya dari sampah-sampah yang bisa di daur ulang. (Noel CELIS/AFP)
Teresita Gapayao (51) mengais sampah menggunakan rakit yang terbuat dari stereofoam di aliran Sungai Estero de Vitas di Tondo, Manila, Filipina, Kamis (21/4). Teresita menghasilkan sekitar Rp 50ribu/hari dari sampah yang dia kumpulkan. (Noel CELIS/AFP)
Pemulung mencari sampah plastik untuk di daur ulang di antara tumpukan sampah di aliran Sungai Estero de Vitas di Tondo, Filipina, (21/4). Peringatan Hari Bumi pada 22 April menjadi gerakan global dalam menyerukan perlindungan lingkungan. (Noel CELIS/AFP)
Teresita Gapayao (51) diantara tumpukan sampah di aliran Sungai Estero de Vitas di Tondo, Manila, Filipina, Kamis (21/4). Teresita sudah 12 tahun menafkahi keluarganya dari sampah-sampah yang bisa di daur ulang. (Noel CELIS/AFP)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya